KedaiPena.Com – Ekonom senior Rizal Ramli (RR) mengungkapkan, ada tuntutan agar terlihat untung di Garuda. Alhasil, dilakukanlah rekayasa laporan keuangan Garuda sangat memalukan, dan banyak pihak merasa ketipu dengan informasi laporan keuntungan ini.
”Saya sempat mengucapkan selamat, tapi saya tarik lagi,’’ ujar RR, Menko Ekuin era Presiden Gus Dur di Jakarta, ditulis Sabtu (4/5/2019).
“Karena ini bikin malu, cuma rekayasa, karena siapapun yang pernah kerja disana tau pasti ada hal hal yang tidak wajar dilakukan, dan menurut saya direksi dirut keuangan harus bertanggung jawab,” tegas Rizal.
“Mula-mula sahamnya bisa naik, waktu ada kerjasama dengan Sriwijaya Air, karena akan lebih besar market share-nya, tapi pas ada kabar ini jadi rusak. Dan saya berharap ini harus diaudit, diperiksa perusahaan abal-abal yang Rp15 miliar ini kok bisa janjikan pendapatan yang segini besarnya,” jelas mantan anggota tim panel penasihat ekonomi PBB ini.
Rizal kemudian menceritakan, bagaimana kondisi Garuda pada tahun 2000-an lalu.
“Saya cerita satu hal tahun 2000-an Garuda gak mampu bayar kepada kreditor, 1,8 miliar dolar AS, konsorsium bank Jerman dan lainnya, pesawat Garuda nyaris disita, kami kemudian melakukan langkah renegosiasi dengan para kreditor,” ujarnya.
Pemerintah, lanjut dia, kemudian mengancam konsorsium bank ke pengadilan. Lantaran, pesawat yang dibeli Garuda kala itu hasil penggelembungan atau mark up.
“Kami katakan kami akan tuntut di pengadilan Frankfurt karena saudara konsorsium bank itu membiayai mark up pembelian pesawat keluarga presiden. Harusnya 100 naikin 50. Saudara kasih kredit,” ujarnya.
Setelah ancaman tersebut, konsorsium bank meminta damai. Dia bilang, kondisi Garuda sebenarnya tidak masalah jika pembelian pesawatnya tidak di mark up.
Saat akan masuk ke Kabinet Kerja, dia meminta Jokowi untuk membatalkan pesanan pesawat karena dianggap membahayakan.
“Menjelang saya masuk, saya ketemu Pak Jokowi ‘Mas, Garuda sudah bahaya lagi, harus di-cancel pembelian pesawat,” ujarnya.
“Menurut saya adanya rekayasa laporan keuangan ini sangat memalukan, dan saya cuma merasa ketipu dengan informasi keuntungan. Hal ini bikin malu, cuma rekayasa, karena siapapun yang pernah kerja di sana tahu pasti ada hal-hal yang tidak wajar dilakukan, dan menurut saya direksi dirut keuangan harus bertanggung jawab,” tegas Rizal.
Diketahui sebelumnya, bahwa laporan keuangan tahunan maskapai penerbangan Garuda Indonesia mendapat sorotan publik. Laporan keuangan tahunan 2018 Garuda mendadak untung, sebesar 809,85 ribu dolar AS, atau sebesar Rp11,33 miliar.
Kejanggalan ini juga mendapat penolakan dari dua komisaris Garuda, yakni Chairul Tanjung dan Dony Oskaria. Chairul mengatakan, pihaknya sudah menyampaikan surat keberatan atas laporan keuangan Garuda Indonesia. Pihaknya juga meminta agar surat itu dibacakan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang digelar hari ini.
“Tapi tadi tidak dibacakan suratnya, karena tadi pimpinan rapat merasa cukup dinyatakan dan dilampirkan saja di annual report,” ujarnya di Hotel Pullman, Jakarta, Rabu (24/4/2019).
Laporan: Muhammad Hafidh