KedaiPena.Com – Tokoh Nasional Rizal Ramli membagikan cerita pengalamannya menolak segala bentuk korupsi kolusi dan nepotisme. Saat menjabat sebagai Menteri Koordinator bidang Ekonomi Keuangan dan Industri (Menko Ekuin) era pemerintahan, ia pernah digoda KKN melalui anak istrinya.
“Anak saya namanya Dipo, masih remaja ketika itu, dengan senang dan bangga bercerita dia dihubungi dan diminta untuk menjadi komisaris perusahaan sawit swasta,” cerita Rizal kepada Kedai Pena, Rabu (26/1/2022).
“Kebetulan di meja ada pisau buah, saya ambil dan serahkan kepada anak saya. Dipo kamu tusuk saja bapakmu ini,” kenang Rizal.
Rizal lantas menjelaskan kepada sang anak jika tawaran tersebut bukan tanpa maksud sehingga tidak perlu senang dan harus ditolak.
“Itu cara mereka menyuap bapakmu untuk mendapatkan kebijakan. Demi rakyat dan integritas bapakmu jangan lakukan itu, sembari saya menahan tangis,” ungkap Rizal Ramli.
Rizal juga menceritakan rayuan datang terhadap istrinya almarhum Herawati Moelyono. Hera pernah diajak makan siang oleh konglomerat, dijanjikan segala rupa fasilitas.
“Tidak berani menyampaikan kepada Rizal Ramli karena pasti dimarahin, itupun tetap saya marahin kok mau makan siang,” tutur Rizal.
Rizal Ramli merasa perlu berbagi pengalaman karena di era ini banyak pejabat yang hanya memikirkan keluarganya. Karena itu ia berharap KPK punya keberanian lebih untuk menindaklanjuti berbagai dugaan praktek KKN yang terjadi saat ini.
Jauh sebelum Rizal, mantan Kapolri Hoegeng pun memiliki kisah soal anti KKN. Hoegeng pernah melarang anaknya yang bernama Aditya Hoegeng masuk Akabri untuk menjadi polisi.
“Waktu itu tidak ada pilihan lain selain masuk Akabri. Kata beliau tunggu. Kan mau masuk Akabri perlu tanda tangan. Waktu saya minta izin ke beliau, katanya ‘tidak ada tanda tangan apapun atau surat yang saya keluarkan,” kata Aditya dalam sebuah kesempatan.
Aditya pun kaget mendengar perkataan sang ayah. Saat itu, alasan Hoegeng melarangnya masuk Akabri karena tak mau keluarga mendapat kemudahan karena jabatan Kapolri yang dijabatnya.
“Karena kamu tahu saya tengah menjabat. Apapun yang saya keluarkan akan mempermudah di dalam pendidikanmu,” kata Hoegeng seperti ditirukan Aditya.
Meski sempat kesal atas sikap ayahnya, Aditya akhirnya paham bahwa sang ayah tidak seperti kebanyakan pejabat lain yang memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadi dan keluarga.
“Jadi tidak sama sekali. Saya kecewa sekali tapi saya bisa mengerti. Saya enggak pernah merasa anak pejabat,” kata alumnus Trisakti ini.
Alhasil, meski Hoegeng pernah menjabat Kapolri, tak satu pun di keluarganya yang menjadi polisi.
Laporan: Muhammad Lutfi