KedaiPena.Com – Masalah minyak goreng belum juga selesai. Padahal kelangkaan minyak goreng sudah berlangsung lebih dari empat bulan.
Mantan Menko Perekonomian era Presiden Gusdur, Rizal Ramli mengatakan, saat ini harga minyak goreng di Indonesia dilepaskan ke pada mekanisme pasar.
Padahal untuk kebutuhan pokok, negara harus memiliki sikap yang jelas, berpihak kepada rakyat.
“Saya ngalamin hal yang sama pada tahun 2000, saat harga ‘crude palm oil‘ (CPO) naik 100 persen lebih. Para pengusaha, dia bawa jatah domestik untuk ekspor, karena nguntungin mereka. Akibatnya harga minyak goreng (di pasar domestik) lebih dari 100 persen,” ujar dia.
“Solusinya sederhana. Saya panggil anak buah saya waktu itu Menteri Perdagangan dan Perindustrian namanya Jenderal Luhut Panjaitan,” sambung Rizal.
Rizal meminta Luhut mengumpulkan raja-raja sawit swasta dan BUMN di Indonesia. Lalu Rizal menitipkan pesan ke para pengusaha itu.
“Pesan saya satu, jangan berlebihan. Kalian kan sudah untung di luar, jangan jatah dalam negeri di jual juga keluar,” cerita Rizal.
Yang kedua, imbuh RR, sapaan dia, jangan seperti kacang yang lupa sama kulitnya, pengusaha itu tanam sawit di tanah rakyat yang dikuasai oleh negara.
“Saat menanam sawit, (untuk permodalan) dikasih bunga sangat murah, lewat kredit likuiditas Bank Indonesia yang bunganya hanya 2 persen. UKM saja 12 persen pada waktu itu,” lanjut RR.
Yang ketiga, RR bilang, kalau dalam sebulan harga minyak tidak kembali ke normal, maka semua pajak para pengusaha itu akan diperiksa, tidak ada ampun.
“Aku ingat pada waktu itu Bang Luhut berdiri tegak depan saya. ‘Siap Zal, gw paling senang dapat tugas kayak gini. Gue Kopassus paling seneng nginjek kaki orang’,” sambung dia.
“Dikumpulinlah mereka, dan Bang Luhut bilang, bos saya Dr. Rizal Ramli Menko, dia tuh sipil tapi kelakuannya kayak jenderal bintang lima. Kalau (kasus) barang yang melimpah ini saja pemerintah (saat ini) kagak bisa (beresin), apalagi barang langka,” tandas dia.
Laporan: Hera Irawan