KedaiPena.Com – Masyarakat Sulawesi Tenggara kehilangan tokohnya, setelah pendiri lahirnya provinsi tersebut tahun, H Jacob Silondae bin Lababa berpulang, di usia 92 tahun karena sakit.
Almarhum telah menderita sakit sejak beberapa tahun silam dan menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Bhayangkara, Kendari pada Rabu (16/1/2019) pukul 21.15 Wita.
Almarhum Jacob Silondae yang merupakan mantan Wakil Gubernur Sultra pertama, mendampingi Gubernur Sultra pertama J.Wayong (1964-1965), dan posisinya tetap berlanjut pada Gubernur kedua La Ode Hadi (1965-1966).
Putra Jacob Silondae, Yusran Silondae mengungkapkan, bahwa kepergian sang ayah sangat menyimpan duka yang mendalam bagi warga Sultra.
Hal itu, kata Yusran, lantaran warga Sultra telah kehilangan sosok partiot dan pejuang yang telah mendedikasikan sepanjang hidupnya untuk Sultra.
“Beliau sejak zaman proklamasi kemerdekaan merupakan pejuang kemerdekaan di Sultra. Atas jasa perjuangnya beliau di anugrahi pahlawan ‘perjuangan gerilya’. Selesai masa revolusi beliau mengabdikan dirinya di aparatur negara baik di jajaran kementerian atau daerah,” ujar dia kepada KedaiPena.Com, Rabu (23/1/2019).
Tidak hanya itu, lanjut Yusran, sang ayah sendiri merupakan salah satu tokoh yang memperjuangkan mekarnya wilayah Sultra dengan ibu kota Kendari ini.
“Beliau juga bercita-cita untuk meningkatkan upaya kesejahteraan wilayah Sultra agar dapat sejajar dengan seluruh wilayah Indonesia,” beber anggota DPD RI ini.
Dia juga menjabarkan bahwa sang ayah juga turut memperjuangkan agar sumber daya alam yang dimiliki oleh Sultra dapat bermanfaat bagi masyarakat. Ekonomi masyarakat Sultra harus meningkat karena kekayaan alam yang dimiliki.
“Lalu bagaimana Sultra maju dengan latar belakang menjadi satu kesatuan bisa menjadikan kesatuan yang kompak menjadi kekuatan pembangunan untuk memajukan daerah,” beber dia.
Yusran pun mengaku bersyukur perjuangan sang ayah dahulu kini diapresiasi oleh masyarakat Sultra. Para generasi muda di Sultra baik tingkat provinsi maupun kabupaten terus memperjuangkan semangat sang Ayah.
“Kita berharap agar generasi penerus dapat meneruskan cita-cita dan betul -betul menjiwai apa yang dirintis oleh beliau selama ini,” beber dia
Pejuang dari Zaman Kerajaan
Sementara itu, Putra Jacob Silondae lainnya, Arus Akbar Silondae juga menceritakan perjuangan sang ayah dalam mempertahankan Sultra dari tangan penjajah.
Menurut Arus, begitu ia disapa, sang Ayah berserta keluarga pernah memperjuangkan tanah asli yakni Konawe, yang berada di Sultra, dari jeratan penjajah Belanda.
Silondae yang merupakan marga raja dari Kerajaan Konawe kala itu tidak mau tempat tinggalnya harus jatuh ke tangan Belanda saat perang fisik kemerdekaan. Tidak tanggung-tanggung, sang Ayah beserta ketiga saudaranya membakar Istana Konawe.
“Ketika puncak perlawanan terhadap Belanda yang menyerbu Konawe, dan akan menduduki Istana Kerajaan Konawe di Andolo, para pejuang Konawe yang dipimpin oleh 4 bersaudara Anak Raja (Anakia) yaitu Nuhung Silondae, Ali Silondae, Abdullah Silondae dan Jakub Silondae sengaja membakar Istana Raja Konawe agar tidak menjadi simbol penaklukan Belanda terhadap Kerajaan Konawe. Makanya sekarang tidak ada peninggalan Istana Kerajaan Konawe,” ujar dia saat bercerita kepada KedaiPena.Com, terpisah.
Meski demikian, kata Arus, perjuangan sang Ayah beserta keluarga untuk mempertahankan Kerajaan Konawe sempat menemui kendala. Kala itu sang ayah beserta saudara-saudaranya tertangkap oleh penjajah dan terpaksa diasingkan ke Makassar.
“Namun di Makassar tetap berjuang melawan Belanda bersama dengan Wolter Monginsidi, pejuang asal Sulawesi Utara dan pejuang lainnya dari bebeberapa wilayah Indonesia Timur dengan perjuangan bersenjata,” beber dia.
Laporan: Muhammad Hafidh