KedaiPena.Com – Abdullah bin Mas’ud R.A mengatakan bahwa Rasulullah SAW berpesan kepadanya, “Hendaknya kamu di waktu pagi pada hari puasamu dalam keadaan berminyak dan bersisir, janganlah kamu di waktu pagi pada hari puasamu dalam keadaan bermuka masam”. (HR Tabrani dan Abu Nua’im).
Dikutip dari TongkronganIslam. Net demi kesempurnaan puasa yang dilakukan oleh Abdullah bin Mas’ud, Rasullullah SAW berpesan kepada Abdullah bin Mas’ud untuk tetap selalu cerita seakan menyembunyikan ibadah puasanya kepada orang lain dengan berpenampilan rapih dan energik serta memberikan raut wajah yang berseri-seri.
Pesan tersebut bertujuan kepada Ibnu Mas’ud untuk semakin menjauhkan dirinya dari sifat riya dan lebih ikhlas dalam menunaikan ibadah puasa. Ia melaksanakan pesan yang diberikan oleh Rasulullah SAW dengan baik, bahkan ia menyerukan kepada kaum muslimin yang lain untuk melakukan sesuai apa yang menjadi pesan Rasululah SAW.
Wasiat atau pesan dari Rasulullah SAW yang diberikan secara khusus kepada sahabat-sahabat nya secara langsung biasanya memiliki latar belakang dan tujuan yang berbeda-beda. Seperti pesan yang di berikan kepada sahabat yang berkarakter pemarah, Nabi berpesan agar sahabat tidak marah sehingga ia akan mendapatkan surga. Selanjutnya, pesan yang diberikan kepada sahabat yang dikhawatirkan tidak dapat bangun di malam hari, Nabi berpesan agar melakukan witir sebelum tidur.
Pesan yang diberikan kepada sahabat yang berlebihan dalam beribadah, Nabi berpesan agar tidak berlebih-lebihan dalam beribadah sehingga dapat menajaga keberlangsungan ibadah.
Maka pesan yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW kepada sahabat Abdullah bin Mas’ud untuk memakai minyak dan menyisir rambut serta menampilkan wajah yang berseri-seri, bisa saja dilatarbelakangi oleh beberapa kondisi berikut:
1. Kondisi Fisik yang Berpotensi Menjadikan Ejekan Orang Lain
Secara fisik, sahabat Ibnu Mas’ud R.A berpotensi menjadi ejekan bahkan menjadi bahan tawaan orang lain, karena ia tubuhnya berpostur kecil dan kurus, terutama ketika sedang berpuasa.
Ali, R.A berkata. Nabi SAW memerintahkan Ibnu Mas’ud agar mengambil ranting pohon (untuk siwak). Ketika memanjat pohon itu, para sahabat melihat betis Abdullah bin Mas’ud sangat kecil dan kurus, sehingga sahabat pun tertawa.
Sehingga Rasulullah SAW bersabda: Apa yang kalian tertawakan? Sungguh kaki Abdullah bin Mas’ud jauh lebih berat dalam timbangan hari Kiamat daripada Gunung Uhud (HR Ahmad).
Maka kondisi tersebut dapat mengundang kesedihan dan kemarahan Ibnu Mas’ud R.A kepada orang-orang yang mengejek dan menertawakannya. Sehingga Nabi berpesan kepadanya agar selalu ceria dan menghiasi diri dengan senyuman, terutama pada saat melakukan puasa.
2. Kondisi perekonomian
Secara ekonomi, Abdullah bin Mas’ud adalah seorang yang berekonomi rendah atau miskin dan mengalami kesusahan hidup, sehingga ia merasa orang yang paling berhak untuk mendapatkan sedekah dari istrinya daripada orang lain.
Zainab, istri Abdullah bin Mas’ud berkata, “Wahai Nabi Allah, hari ini engkau telah memerintahkan kami untuk bersedekah, sedang aku memiliki sebuah perhiasan dan aku berniat untuk menyedekahkanya, lalu ibnu Mas’ud mendakwahkan diri bahwa ia dan anaknya adalah orang yang paling berhak untuk menerima sedekah dariku.”
Nabi SAW bersabda, “Ibnu Mas’ud telah berkata benar, suamimu dan anakmu adalah orang yang paling berhak menerima sedekah darimu”. (HR. Bukhari).
Maka kondisi tersebut memiliki potensi penyebab datangnya kesedihan serta kegelisahan yang berkepanjangan, terutama ketika sedang melakuka puasa yang diwarnai dengan rasa lapar dan dahaga.
Oleh karena itu, Nabi berpesan kepadanya agar ia senantiasa ceria dan bermanis muka ketika sedang berpuasa.
3. Dalam ilmu agama, Abdullah bin Mas’ud merupakan teladan umat.
Ibnu Mas’ud menjadi teladan umat dan panutan para sahabat dalam bidang keilmuan dan keagamaan. Ibnu Mubarak berkata, Sungguh mengangumkan seorang Qari’ yang berwajah ceriah dan periang.
Adapun orang yang kamu jumpai dengan wajah ceria, lalu ia menatapmu dengan wajah cemberut, seakan-akan ia menuntutmu untuk menghargai amalannya maka semoga Allah tidak memperbanyak qari’ seperti ini. (HR. AL-Baihaqi).
Dari kisah Nabi Muhammad SAW dengan sahabat Abdullah bin Mas’ud, tentu memiliki beberapa hikmah dan makna yang diberikan sehingga kita dapat menerapkan dalam kehidupan, diantaranya sebagai berikut:
1. Menyembunyikan Amal Kebaikan
Pada hendaknya seorang muslim berusaha menyembunyikan amal kebaikan yang memungkinkan untuk disembunyikan
2. Menunaikan Ibadah Puasa yang Diiringi dengan Pahala
Ketika menunaikan ibadah puasanya hendaknya seorang muslim senantiasa raut wajah yang berseri-seri dan selalu memberikan senyuman kepada orang lain. Selain itu kita dapat lebih mendekatkan diri kita kepada yang Maha Kuasa dengan membaca Al Qur’an dan yang lainnya.
3. Kegembiraan Dapat Meringankan Beban Hidup
Apabila seorang muslim mengahadapi beban hidup atau cobaan hidup dengan senyum serta keridhan, maka beban tersebut akan terasa ringan sehingga dapat dengan mudah untuk membalikkan keadaan dari susah menjadi mudah.
Laporan: Muhammad Lutfi