KedaiPena.Com – Jika ada yang ingin tahu tempat apakah yang paling mengerikan di dunia, mungkin jawabannya adalah penjara.
Karena di dalam penjara ini terdapat banyak hal yang bisa membuat orang merasa sakit, hancur dan sebagainya.
Kadang di dalam penjara seorang narapidana dituntut harus bisa tetap survive, berjaga-jaga dari intimidasi atau perlakuan tidak menyenangkan.
Bukan saja dari sipir penjara, tapi bisa juga dari sesama narapidana. Maka jangan heran, bila banyak sekali yang tidak tahan dengan suasana penjara.
Bagi mereka yang memiliki uang, mereka rela membayar dengan harga tinggi agar bisa terbebas.
Tidak hanya perlakuan fisik, tapi pelecehan orientasi seksual pun sering terjadi di dalam penjara.
Banyak cerita atau pengalaman dari narapidana yang menyatakan bahwa mereka sering kali mendapatkan pelecehan seksual di dalam penjara.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa praktek homoseksual seringkali terjadi di dalam sebuah rumah tahanan.
Namun, tahukah Anda bahwa kejadian seperti ini juga pernah nyaris terjadi kepada presiden pertama Indonesia, Soekarno?
Ya, Bung Karno, sapaan Soekarno, bisa merekam dengan baik di balik tembok penjara Sukamiskin. Salah satunya adalah praktik homoseksual berjadi di dalam penjara Sukamiskin tersebut.
Dalam biografinya “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat”, Cindy Adams, menuliskan kata-kata Bung Karno soal penjara.
“Kekejaman yang paling hebat yang dapat mengganggu pikiran manusia adalah pengasingan. Sungguh hebat akibatnya. la dapat menggoncangkan dan membelokkan kehidupan orang. Aku melihat kejadian-kejadian yang memilukan hati. Aku melihat kawan setahanan menjadi gila karena syahwatnya. Dengan mata kepalaku sendiri aku melihat mereka melakukan kan “onani”. Pemuasan nafsu terhadap diri sendiri. Aku mengetahui dan telah menyaksikan akibat yang menakutkan daripada pengasingan terhadap laki-laki yang normal,” begitu kesaksian Bung Karno.
Kebetulan Bung Karno cukup mengenal dengan baik, bahkan pernah berbicara dengan seorang narapidana berkebangsaan Belanda yang memiliki kelainan seksual. Namun sayangnya, nama narapidana lelaki tersebut tidak disebutkan dalam buku tersebut.
Bung Karno hanya menggambarkan bahwa narapidana tersebut berparas tampan, memiliki bentuk tubuh yang bagus, dada bidang dan juga berambut keriting. Konon, lelaki tersebut cukup terkenal di dalam penjara Sukamiskin. Hal tersebut karena ia diketahui suka masuk keluar penjara karena kasus tang sama yaitu mencabuli pria-pria pribumi.
Soekarno menuturkan bahwa ia kembali masuk sel dengan vonis empat tahun penjara. Padahal, pria tersebut belum lama bebas. Tapi itulah, orientasi homoseksualnya yang akhirnya menuntutnya untuk tidak pernah berhenti berpetualang mencari mangsa.
Bung Karno juga menyatakan bahwa belum dikirim kembali ke penjara, lelaki homoseksual tersebut ditangkap polisi Belanda karena baru saja mencabuli sejumlah lelaki pribumi sekaligus.
Pada saat lelaki tersebut dikirim kembali ke penjara, sama sekali tidak ada ekspresi penyesalan di raut wajahnya, Bung Karno menceritakan sebuah kejadian lucu ketika sedang bersama narapidana homoseksual tersebut.
Dalam buku ‘Bung Karno: The Untold Stories’, Wijanarko Aditjondro menulis, disebutkan bahwa pria tersebut lebih memilih bekerja di binatu daripada di bagian obat. Mengapa bisa demikian? Katanya di ruang obat itu sepi, sementara di binatu, dia bisa melihat banyak sekali pria tampan dengan penampilan yang menggoda.
Alkisah, lelaki homo berambut keriting tersebut dimasukkan ke dalam sel di bawah Sukarno. Di sini, ia seperti mendapat “incaran” baru. Di matanya, Soekarno merupakan seorang pria tampan, muda pula. Tidak
terlalu lama berbasa basi, sebelum akhirnya pria bule itu mengajak bercinta Sukarno.
Dalam kesempatan yang sepi, Bung Karno bertanya kepada lelaki homo tersebut, kenapa? Sambil memandangi wajah Bung Karno yang memang tergolong tampan, lelaki homo tadi pun spontan menjawab, “Maukah kau bercinta denganku?”
Bung Karno pun hanya terdiam, hingga akhirnya beliau pun kembali bertanya kepada narapidana homo tersebut, “Mengapa engkau mau bercinta denganku?”
Lelaki tersebut pun menjawab, “karena di sini tidak ada perempuan”.
Bung Karno pun hanya bisa mengangguk saja. Sampai pada jawaban itu, Bung Karno masih menemukan titik kewajaran pada diri seorang pria.
Kemudian, Bung Karno pun berujar, “Memang benar. Aku sendiri juga menginginkan kawan perempuan (di sel ini), tapi bagaimana bisa?!”.
Dengan ringan, lelaki homoseksual tadi menjawab, “Yah.. apalah perempuan itu kalau dibandingkan dengan lelaki?”.
Akhirnya, Bung Karno pun menutup percakapan saat itu dengan mengatakan, “Oooh… Kau sakit!”
Bung Karno pun segera berlalu dari hadapan lelaki homo tersebut.
Laporan: Ricki Sismawan