DR. June Factor, praktisi dan peneliti senior tentang folklor anak-anak di University of Melbourne, sekaligus peraih penghargaan Opie Prize untuk bukunya “Captain Cook Chased a Chook: Children’s Folklore in Australia (1988), pernah mengungkapkan kekhawatirannya dan “merasa terganggu” atas munculnya sejumlah cerita lelucon yang beredar di kalangan anak-anak yang ditelitinya.
Lelucon-lelucon lisan itu lahir melalui apa yang disebutnya sebagai bentuk-bentuk subversi komik. Yang mana lewat hal itu, berlangsung pelanggaran hal-hal tabu yang sebelumnya tak pernah terbayangkan terjadi pada folklor-folklor anak, seperti permainan, tebak-tebakan, sajak-sajak, nyanyian-nyanyian, lelucon, dan sebagainya.
Salah satu cerita lelucon yang muncul di kalangan anak, yang membuat pengarang “Kidspeak: A Dictionary of Australian Children Words, Expressions and Games, (2000)” itu merasa terganggu adalah kisah berikut, yang kita beri saja judul “Anak Perempuan yang Memanjat Tiang Bendera”.
Begini ceritanya:
Suatu hari ada seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan.
Anak laki-laki berkata kepada anak perempuan, “Kalau kamu bisa memanjat tiang bendera, aku beri kamu 10 sen.”
Anak perempuan itu menjawab ya, lalu memanjat tiang bendera.
Anak laki-laki berkata, “Kamu tertipu, aku hanya ingin melihat celana dalammu!”
Dan anak perempuan itu berkata, “Ye…Kamu yang tertipu… hahaha… kamu tertipu…., aku sama sekali tidak pakai celana dalam!” |
Lantas, dari kemampuan anak-anak melahirkan model lelucon vulgar seperti diingkap oleh June Factor itu, pertanyaan penting untuk diajukan pada setiap orangtua, khususnya para Yanda dan Bunda yang sibuk bekerja, yang mana jawabannya harus dicari sendiri lewat cara yang sebaik-baiknya, dan antisipasi yang setepat-tepatnya, adalah:
Apa yang sebenarnya dilakukan oleh anak-anak Anda setiap harinya, khususnya saat tidak ada orang dewasa yang mengawasinya? Dimana anak anda melakukannya, bagaimana, dengan siapa, dan mengapa?
Semoga Tuhan Yang Maha Penyayang Senantiasa melindungi anak-anak kita, dari ancaman serius virus berbahaya berupa cara berpikir kotor dan vulgar yang amat potensial menyerang anak-anak di usianya yang amat belia. Amiin.
Salam Anak Nusantara.
Oleh Nanang Djamaludin, Direktur Eksekutif Jaringan Anak Nusantara (JARANAN)