KedaiPena.Com – Pernah suatu ketika Khalifah Ali bin Abi Thalib berjalan di pasar. Ali bin Abi thalib radhiyallahu ‘anhu ketika itu adalah seorang khalifah, amirull mukminin.
‎‎‎
Dilihatnya ada baju besi (baju jirah) miliknya yang hilang. Ia melihat baju besi tersebut dijual oleh seorang Yahudi.
‎
Sang khalifah mengakui bahwa baju jirah itu adalah miliknya, namun si pedagang Yahudi bersikeras bahwa baju jirah ini adalah miliknya.
‎
“Lantas perkara ini sampailah ke pengadilan,” kata Ustaz Syafiq Riza Basalamah dalam sebuah ceramah, ditulis Rabu (26/10).‎
‎
Dalam persidangan tersebut dipanggil, sang hakim memanggil Ali, “kum, yaa abal hasan (bangun wahai abul hasan)”. Namun, Ali marah. Syuraih, sang hakim berkata, “kenapa engkau marah? Apa karena engkau aku perintahkan untuk duduk bersama seorang Yahudi?”.
‎
“Tidak, jawab Ali. karena engkau memanggilku dengan sebutan Abul Hasan, panggilan kemuliaan atau penghormatan. ‎Kenapa engkau memanggilku Abul Hasan sedangkan si Yahudi tidak dipanggil demikian?,” ujar Syafiq menceritakan kembali kisah itu.
‎
Begitu mulianya aqidah sang Khalifah, sampai dalam urusan hukum ia ingin sama rata. ‎Akhirnya, Ali ditanya oleh Syuraih.Â
“Apakah kau punya saksi? Bahwasanya barang ini adalah milikmu?. ‎Ada, jawab Ali. Hasan, anakku,” kata Ustaz melanjutkan.
‎
Kata dia lagi, Syuraih menolak hasan menjadi saksi, haruslah orang lain. ‎Ali tak punya saksi lain dan ia ikhlaskan saat Syuraih memutuskan bahwa baju besi tersebut milik Yahudi.
‎
Namun apa jawab si Yahudi? ‎”Asyhadu an laa ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”.
‎
Ia melihat Islam begitu adilnya, seorang amirull mukminin didudukkan bersama dengan rakyat biasa dan terjadi pengadilan namun yang menang adalah rakyat jelata, Allahu Akbar.
‎
Lantas ia kembalikan baju jirah tersebut kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, dan berkata jika baju jirah tersebut memang milik sang khalifah, ia melihat baju jirah tersebut jatuh dari kuda Ali dan yahudi tersebut mengambilnya.
‎
Maka oleh Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dihadiahkan baju jirahnya itu kepada si yahudi, subhanallah.
“Ini adalah satu contoh mulianya aqidah dari seorang khalifah, bahwa kita harus berbuat baik kepada siapapun tanpa memandang apapun latar belakang orang tersebut,” Syafiq mencoba menyimpulkan pesan dari cerita itu.
(Prw/Oni)‎