KedaiPena.Com – Ainaya Nurfadila, mahasiswi jurusan Pendidikan Sosiologi dan Antropologi dari Universitas Negeri Semarang (UNNES). Ia bukan hanya seorang mahasiswa, tetapi juga peneliti pertama yang mewakili UNNES untuk melakukan magang di Komunitas Banyu Bening yang berlokasi di Tempursari, Sardonoharjo, Kapanewon Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55581.
Dalam perjalanan akademisnya, Ainaya memilih komunitas ini sebagai tempat untuk tugas akhir dan magangnya, menjadikannya yang pertama dari sekian banyak universitas yang tertarik dengan pengelolaan air hujan yang dilakukan oleh Banyu Bening.
Selama satu bulan magang, Ainaya merasakan banyak pengalaman berharga. Komunitas Banyu Bening, yang didirikan pada 9 September 2012, memiliki fokus utama pada pengelolaan air hujan sebagai upaya menjaga keharmonisan antara manusia dan alam.
Nama “Banyu Bening”, yang berarti “air jernih”, mencerminkan visi mereka untuk melestarikan air hujan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun, fokus komunitas ini tidak hanya terbatas pada air hujan; mereka juga aktif dalam konservasi lingkungan, salah satunya melalui pembibitan tanaman di wilayah yang membutuhkan penanaman pohon, terutama di daerah yang rawan kekeringan.
Di bawah bimbingan Sugianto, Ainaya belajar berbagai teknik pengelolaan air hujan. Sugianto, yang merupakan salah satu volunteer di komunitas ini, mengajarkan Ainaya tentang cara-cara sederhana namun efektif untuk menampung dan menyaring air hujan agar bisa digunakan untuk berbagai keperluan, seperti air minum, irigasi, dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
Salah satu momen yang paling berkesan bagi Ainaya adalah saat berbincang dengan Sri Wahyuningsih, pendiri Komunitas Banyu Bening dan Sekolah Air Hujan. Sekolah ini diadakan setiap hari Sabtu, dipimpin oleh Kamaludin sebagai kepala sekolah.
Kamaludin tidak hanya berperan sebagai kepala sekolah, tetapi juga sebagai pemimpin konservasi di komunitas ini. Ia mengarahkan program pembibitan tanaman yang bertujuan untuk menanam pohon-pohon yang dapat membantu mengatasi masalah kekeringan dan menjaga keseimbangan ekosistem.
![](https://assets.kedaipena.com/images/2025/02/IMG-20250210-WA0005-scaled.jpg)
Ainaya menyaksikan antusiasme masyarakat yang datang dari berbagai daerah, baik untuk mengambil air hujan maupun berkonsultasi dengan Sri Wahyuningsih dan Kamaludin.
Bahkan, meskipun malam telah tiba, masyarakat tetap berdatangan, menunjukkan betapa besar minat mereka terhadap pengelolaan air hujan dan konservasi lingkungan.
Komunitas Banyu Bening mengajarkan bahwa air hujan bukan sekadar sumber daya alam, melainkan entitas yang harus dihormati. Setiap tetes air hujan diyakini mengandung energi yang dapat mengubah kehidupan.
Oleh karena itu, pengelolaan air hujan dengan cara yang bijaksana menjadi sangat penting. Ainaya menyaksikan bagaimana komunitas ini aktif mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kualitas air hujan dan mengurangi polusi yang dapat mencemari sumber air.
Program edukasi ini melibatkan berbagai lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, dengan tujuan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Namun, Ainaya juga menyadari tantangan yang dihadapi oleh Banyu Bening. Banyak masyarakat yang masih ragu tentang keamanan air hujan untuk dikonsumsi, menganggapnya terkontaminasi oleh debu, polusi, atau mikroorganisme berbahaya.
Meskipun hal ini wajar, Ainaya melihat bahwa kurangnya pemahaman mengenai teknologi filtrasi yang ada menjadi salah satu penyebabnya. Komunitas ini berupaya membuktikan bahwa air hujan, jika diproses dengan benar, tidak hanya aman untuk dikonsumsi, tetapi juga berkualitas tinggi.
Pengalaman magang di Komunitas Banyu Bening memberikan Ainaya banyak pelajaran berharga tentang pengelolaan air hujan dan pentingnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian alam.
Ia belajar bahwa air hujan adalah salah satu sumber daya alam yang harus dijaga, dan dengan pemahaman serta teknologi yang tepat, kita bisa memanfaatkannya secara bijaksana untuk kehidupan sehari-hari.
Komunitas Banyu Bening telah menunjukkan betapa pentingnya pendidikan dan perubahan pola pikir dalam menciptakan kehidupan yang lebih harmonis dengan alam.
Ainaya, sebagai peneliti pertama dari UNNES, berharap dapat membawa pengetahuan dan pengalaman ini kembali ke kampusnya, serta menginspirasi mahasiswa UNNES lainnya untuk lebih peduli terhadap isu-isu lingkungan yang keberlanjutan, “Selaras dengan Semesta,”
Laporan: Kontributor AJ. Purwanto