KedaiPena.Com – Komitmen Pupuk Indonesia untuk menjadi garda terdepan ketahanan pangan nasional terus dibuktikan melalui kinerja positif di triwulan III 2018. Penjualan pupuk hingga September 2018 mencapai 8,956 juta ton atau meningkat 7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Penjualan pupuk untuk sektor PSO, yaitu penyaluran pupuk bersubsidi ke sektor tanaman pangan, hingga saat ini sudah mencapai 6.633.982 ton, atau meningkat lebih dari 300 ribu ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” demikian diungkapkan Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero), Aas Asikin Idat, di Bontang, Minggu (28/10/2018).
“Ini artinya, Pupuk Indonesia tetap memprioritaskan kebutuhan pupuk untuk pangan dalam mengamankan kebutuhan petani dan juga penyaluran pupuk bersubsidi semakin efektif dan dapat diterima oleh petani yang berhak memperolehnya,” tambahnya lagi.
Peningkatan penjualan tersebut juga tidak bisa dilepaskan dari peningkatan ekspor sampai dengan September 2018 ini, dimana ekspor mencapai 770 ribu ton pupuk dan 439 ribu ton amoniak dengan nilai penjualan USD332 juta atau meningkat 60% dibandingkan dengan periode yang sama (sampai September) di tahun 2017.
Sedangkan proyeksi ekspor sampai akhir tahun 2018 diproyeksikan mencapai total 1,588 juta ton pupuk dan 630 ribu ton amoniak dengan nilai total USD650.563.913. Namun Aas menegaskan bahwa prioritas utama perusahaan tetap untuk memenuhi kebutuhan sektor tanaman pangan dalam rangka penugasan PSO.
“Izin ekspor hanya bisa keluar jika kebutuhan dan stok dalam negeri sudah aman,” tegas Aas.
Tidak hanya ekspor, penjualan ke sektor non subsidi, khususnya perkebunan, juga mengalami kenaikan menjadi 1.552 juta ton, atau naik sekitar 200 ribu ton dibandingkan periode yang sama pada 2017. Selain peningkatan penjualan, kinerja produksi juga lebih baik dibandingkan 2017.
“Total produksi pupuk meningkat 12%. Saat ini produksi kami sudah mencapai 5.645 juta ton untuk semua jenis pupuk, dan 4,346 juta ton untuk produksi amoniak,” kata Aas. Efisiensi pemakaian bahan baku gas, juga terus ditingkatkan. Rasio konsumsi gas kami saat ini 28,5 MMBTU per ton, lebih rendah dibandingkan tahun lalu.
“Ini artinya pabrik-pabrik kami bisa berjalan lebih baik dan efisien sehingga bisa menghemat bahan baku. Penghematan ini ujungnya juga akan berimbas pada harga pokok produksi, yang sekaligus akan mengurangi beban subsidi Pemerintah,” kata Aas lagi.
Laporan: Muhammad Hafidh