KedaiPena.Com – Ada dua pola hubungan dalam Islam. Pertama adalah hubungan vertikal, ‘Hablu Minallah’, antara manusia dengan Allah SWT. Yang kedua adalah hubungan horizontal, ‘Hablu Minannas‎’ antara sesama manusia.
Demikian disampaikan Ustadz Taufik Rahman‎ dalam ceramah Idul Fitri di Komplek Griya Mellina, Parung, Bogor, Jawa Barat, Rabu (6/7).
‎
‎”Setiap kesalahan kepada Allah SWT, maka Allah SWT akan memberikan ampun.‎ Allah SWT memberikan kesempatan menjaga kesucian, fitrah kita. Seperti yang disampaikan ‎Surat Arrum ayat 30-31. ‎Dimana esensinya adalah, maka hadapkan wajahmu kepada Tuhanmu, maka Allah SWT akan memberikan kesucian,” jelas dia.‎
Lalu siapa saja yang dimaksud diberi kesempatan menjaga kesucian? Ustaz Taufik menjelaskan beberapa golongan. Yang Pertama adalah yang ber‎komitmen kepada Allah SWT untuk meminta ampun berdasarkan kesalahan, baik kecil dan besar.
“Orang yang minta ampun. Lalu orang yang bertaqwa dengan sebenarnya, menjalankan perintah, menjauhi larangan. Kemudian ‎orang yang menjaga fitrah, orang yang tidak menduakan Allah SWT, tidak memberikan tandingan,” sambungnya‎
Dalam konteks horizontal, orang yang terjaga kesuciannya, adalah orang yang satu sama lain memaafkan. Oleh karena itu hilangkan sombong dan egois, untuk membuka dan memohon pintu maaf‎.
“Seyogyanya, kita lakukan permohonan maaf dan memberikan maaf secara langsung ‘face to face’. Sebab, kalau orang yang tidak hidup, tidak bisa meminta maaf, dan memberikan ampun,” ia melanjutkan.
‎
Bahkan orang yang dulu pernah dianiaya, akan meminta pertanggungjawaban, keadilan kepada Allah SWT.
‎
“Rasullulah Muhammad SAW sempat bertanya tahukah kalian mana Orang Islam yg bangkrut. Lalu para sahabat menjawab adalah yang tidak mempunyai harta dan ilham,” cerita Ustadz.Â
“Tapi disangkal Rasul. Orang yang bangkrut dunia dan akhirat, kata Rasul, adalah orang yang datang ke Yaumil Akhir dengan pahala puasa sholat dan zakat, ‎tapi memiliki tunggakan dengan orang-rang yang ia adu domba, ia tumpahkan darahnya, aniaya,” sambungnya.Â
“Orang-orang itu meminta pertanggungjawaban. Jika kebaikan orang itu sudah habis, lalu dicampakkan ke dalam neraka. Nauzibillah Min Zalik,” ia melanjutkan.‎
‎
Maka dalam suasana fitri, imbau Ustadz, marilah meminta maaf dan memberi maaf. Karena satu Muslim adalah ibarat satu badan. Jika satu sakit, Maka yang lain sakit, begitupun sebaliknya.Â
(Prw)‎
‎