KedaiPena.com – Munculnya rencana beberapa negara Eropa untuk kembali membuka energi listrik yang berbasis Batu bara, dinyatakan sebagai sinyal bagi Indonesia untuk lebih mempercepat pelaksanaan transisi energi. Dan tentunya langkah ini harus sepenuhnya didukung oleh pelaku industri dan masyarakat. Termasuk perbankan, yang bisa menggelontorkan pembiayaan.
Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Surya Darma menyatakan apa yang dilakukan oleh beberapa negara Eropa yang berencana untuk kembali mendayagunakan PLTU merupakan respon atas berkurangnya suplai energi.
“Ini semata-mata untuk mengantisipasi krisis energi yang terjadi di Eropa akibat embargo energi oleh Rusia yang sedang berperang dengan Ukraina. Tentu saja, keputusan berapa negara Eropa yang selama ini menjadi pendorong transisi energi juga terganggu,” kata Surya saat dihubungi, Senin (27/6/2022).
Oleh karena itu, langkah yang harus diambil sebenarnya adalah melakukan percepatan pelaksanaan transisi energi untuk tetap dapat menjaga target NZE pada tahun 2050.
“Akselerasi menjadi kata kunci. Bagi Indonesia, tentu saja harus menjadi pelajaran berharga dari krisis ini energi ini. Lihat saja dampak krisis pada harga batu bara yang mencapai 380 Dollar Amerika per ton pada akhir minggu lalu. Kita sebaiknya menyiapkan diri dengan baik program transisi energi ini,” ungkapnya.
Ia menyatakan target energi terbarukan yang lebih dari 50 persen pada tahun 2060 sesuai skenario NZE Indonesia, memerlukan sebuah strategi khusus agar bisa dilaksanakan sesuai harapan.
“Kita memerlukan adanya payung hukum yang tepat, kesiapan teknologi, SDM dan bagaimana menyiapkan anggaran dan atau mencari alternatif sumber dana untuk pembiayaannya. Pemerintah tentu saja perlu memikirkan cara agar pihak swasta juga ikut serta dalam mengambil peran pelaksanaannya,” ungkapnya lagi.
Surya juga menyampaikan langkah Indonesia untuk mewujudkan NZE ini juga harus didukung oleh pihak perbankan. Seperti yang dilakukan oleh perbankan Jepang, Yang sudah sepakat menghentikan pembiayaan PLTU di Indramayu.
“Ini berarti akan semakin kuat tekanan untuk menghentikan proyek energi fosil. Kalau ada perbankan yang membiayai energi fosil, wah ini harus ditanyakan komitmennya. Intinya kan energi transisi harus bersama-sama,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa