KedaiPena.com – Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy sebut ada 2 modus meloloskan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ke Senayan.
“Modus pertama memindahkan suara partai yang jauh lebih kecil yang jauh dari lolos parliamentary threshold kepada coblos gambar partai tersebut dan/atau memindahkan suara tidak sah menjadi coblos gambar partai tersebut,” kata Romi, dikutip Senin (4/3/2024).
Ia menyampaikan sejak sebelum pemilu dirinya telah mendengar informasi mengenai operasi untuk memenangkan PSI oleh aparat. Targetnya dibebankan ke penyelenggara pemilu di daerah agar partai yang dipimpin putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep itu meraup 50 ribu suara di setiap kabupaten/kota di Pulau Jawa. Serta 20 ribu suara di tiap kabupaten/kota di luar Jawa.
Operasi itu berjalan dengan membiayai organisasi masyarakat (Ormas) kepemudaan tertentu yang pernah dipimpin salah seorang menteri. Salah satu agenda mereka adalah memobilisasi masyarakat agar mencoblos logo PSI di surat suara.
“Setidaknya itu yang saya dengar dari salah satu aktivisnya yang diberikan pembiayaan langsung oleh aparat sebelum Pemilu,” ujarnya.
Dalam perjalanannya ternyata operasi itu tidak membuahkan hasil seperti yang diinginkan. Berdasarkan hasil hitung cepat (quick count) sejumlah lembaga survei suara PSI jauh di bawah ambang batas parlemen, yakni di angka 2 persen.
Berdasarkan pengamatan terhadap Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) KPU beberapa hari terakhir, sejumlah surveyor mengendus keganjilan. Di antara keganjilan itu adalah suara PSI yang melesat tajam menyimpang dari garis kewajaran.
Dalam Sirekap, terdapat data input dari 110 hasil tempat pemungutan suara (TPS) yang menyumbang sekitar 19.000 suara bagi PSI.
Artinya, setiap TPS diperkirakan terdapat 173 pemilih PSI. Hal ini dinilai tidak masuk akal karena partisipasi pemilih jika diasumsikan seperti 2019, maka suara setiap TPS hanya 81,69 persen dari 300 suara, atau 245 suara per TPS. Dengan demikian, presentase PSI per TPS mencapai 173 suara sementara semua partai lainnya hanya 29 persen.
Laporan: Ranny Supusepa