KedaiPena.Com– Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian mengungkapkan jika wacana libur sekolah selama satu bulan penuh selama Ramadan perlu dirancang secara inklusif dengan mempertimbangkan kebutuhan seluruh siswa-siswi di tanah air.
Hetifah meminta agar kebijakan libur sekolah selama satu bulan penuh di bulan Ramadan juga tidak membuat adanya kelompok yang merasa dirugikan apalagi diabaikan.
“Pada dasarnya, kebijakan semacam ini harus dirancang secara inklusif, mempertimbangkan kebutuhan seluruh siswa, dan memastikan bahwa tidak ada kelompok yang merasa diabaikan atau dirugikan,” tegas Hetifah kepada awak media di Jakarta, Kamis,(2/1/2025).
Hetifah tak menampik, wacana meliburkan anak sekolah selama satu bulan saat bulan puasa memiliki potensi dampak positif dan negatif. Bagi Hetifah, kedua hal ini perlu dipertimbangkan secara matang.
“Secara positif, kebijakan ini dapat memberikan ruang bagi anak-anak muslim, untuk fokus menjalankan ibadah puasa dan aktivitas keagamaan lainnya tanpa terganggu oleh rutinitas sekolah,” papar Hetifah.
“Mereka juga bisa memanfaatkan waktu untuk belajar agama lebih mendalam, mengikuti kegiatan sosial keagamaan di komunitas, atau mempererat hubungan keluarga,” tambah Hetifah.
Namun di sisi lain, kata Hetifah, libur panjang dapat mengganggu kalender pendidikan, terutama dalam menyelesaikan kurikulum yang telah ditetapkan.
“Jika tidak ada solusi kompensasi yang tepat, seperti perpanjangan jam pelajaran atau tahun ajaran, siswa mungkin akan kesulitan mengejar ketertinggalan,” tegas Hetifah.
Hetifah mengakui, libur penuh pada saat Ramadhan, tentu cenderung lebih relevan bagi siswa Muslim, karena bulan Ramadhan memiliki nilai religius dan spiritual yang signifikan.
“Namun, siswa non-Muslim mungkin tidak merasakan manfaat langsung, sehingga perlu dipertimbangkan dampaknya terhadap mereka, agar inklusivitas dan kesetaraan dalam sistem pendidikan tetap terjaga,” papar Hetifah.
Atas dasar itu, Hetifah mendorong, sekolah atau pemerintah dapat menyediakan kegiatan opsional bagi siswa non-Muslim selama Ramadhan.
“Misalnya, program pendidikan tambahan, kegiatan seni, atau olahraga yang tetap berjalan untuk mereka yang tidak menjalankan puasa. Dengan begitu, waktu mereka tetap dimanfaatkan dengan baik, tanpa harus mengganggu kebijakan libur untuk siswa Muslim,” pungkasnya.
Laporan: Muhammad Hafid