KedaiPena.Com- Ketua DPP PDIP Bidang Ideologi dan Kaderisasi, Djarot Saiful Hidayat mengaku kecewa lantaran telah gagal menanamkan sikap displin, loyalitas dan ikhlas kepada putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) Gibran Rakabuming Raka.
Djarot mengatakan majunya Gibran bersama bacapres Koalisi Indonesia Maju atau KIM Prabowo Subianto di Pilpres 2024 bukti kegagalan dirinya melakukan kaderisasi dengan baik dan benar.
“Saya gagal, tugas saya di PDIP kaderisasi ada tiga yaitu menanamkan disiplin, loyalitas, dan ikhlas. Saya gagal Karena Mas Gibran tidak loyal, tidak disiplin dan ikhlas,” kata Djarot diskusi dengan tema Positioning PDIP Dalam Pemenangan Pilpres Ganjar-Mahfud. di Gedung CM , Matraman, Jakarta Timur, Senin, (30/10/2023).
Djarot juga menambahkan bahwa Gibran sosok contoh tidak bagus untuk generasi muda. Gibran, kata Djarot, tidak melalui proses dalam menapaki karier di bidang politik. Djarot menegaskan, bahwa hal ini berbeda dengan karier Presiden Jokowi yang berproses dari menjadi Wali Kota, Gubernur dan Presiden.
“Mas Gibran sosok contoh tidak bagus untuk anak muda, Gibran tidak melalui proses. Berbeda dengan Jokowi yang melalui proses, walikota, Gubenur lalu Presiden dan menjadi kader terbaik PDIP. Proses ini diterjang oleh mas Gibran,” tandas Djarot.
Djarot menilai bahwa jika seperti Gibran yang diberikan karpet merah ini menjadi masalah. Namun, kata Djarot, kalau melalui proses sejatinya dinasti politik tidak masalah.
Djarot mencontohkan mislanya Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri tetap melalui proses dan digembleng terlebih dahulu meskipun anak dari Presiden pertama RI Ir Soekarno.
Sementara itu, pengamat politik Romo Benny Soesatyo menyinggung soal praktik politik pragmatis yang menurutnya semakin meresahkan.
“Politik due Des yang di dalamnya ada kesadaran, kedisiplinan dan keikhlasan. tiga hal itu menjadi orang berkarakter. Pemimpin yang visioner dan berkarakter jika tidak ada hal itu yang lahir adalah dealer politik atau politik pragmatis,” tegas Romo Benny.
“Jika politik pragmatis berjalan perselingkuhan elit politik penguasa dan pengusaha maka demokrasi menjadi rusak,” tambah Romo Benny
Romo Benny menambahkan bahwa jangan sampai Indonesia dikuasai oleh segelintir orang dan apalagi penguasa yang cenderung pada kekuasaan absolute karena menurutnya kekuasaan absolute cenderung korup dan manipulatif.
Romo Benny mengusulkan agar adanya sikap kritis dari publik karena hanya publik yang bisa melawan melalui kesadaran kritis bersama. Untuk melawan ketidakadilan dan lahirnya pemimpin yang bukan dealer.
Laporan: Tim Kedai Pena