KedaiPena.Com – Kondisi Indonesia berhadapan dengan situasi ketimpangan ekonomi, keuangan dan ketimpangan pendapatan yang meningkat. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai kebijakan ekonomi dan politik Indonesia yang terfokus pada upaya upaya mengejar pertumbuhan ekonomi yang bertumpu pada pengembangan mega proyek infrastruktur.
Garis kebijakan pemerintah telah memicu konsentrasi sumber sumber ekonomi tanah, keuangan dan pendapatan pada sekelompok kecil orang. Bahkan ketimpangan pendapatan dan kekayaan berlangsung secara cepat.
Demikian dikatakan Salamuddin Daeng dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) dalam keterangan yang diterima KedaiPena.Com ditulis Kamis (16/3).
“Baru-baru ini Oxfam International merilis bahwa ketimpangan kekayaan di Indonesia adalah salah satu yang terburuk di dunia. Kekayaan empat orang Indonesia setara 100 juta penduduk. Ini adalah sebuah kondisi yang sangat ekstrim tidak hanya akan memiliki implikasi ekonomi akan tetapi juga politik dan keamanan,” sambung dia.
Ketimpangan ekstrim ini, sambung dia, tidak pernah terjadi pada era sebelumnya. Masih ingat strategi Orde Baru dalam mengatasi ketimpangan? ‘Trickle down effect’, strategi yang menuai kecaman dari banyak orang karena dianggap sebagai penghinaan terhadap kemanusiaan. Bagaimana mungkin ratusan juta rakyat hanya mendapatkan tetesan dari kemakmuran.
“Namun ternyata sejak era reformasi yang konon katanya adalah anti tesa terhadap kebijakan pemerintahan Soeharto, ternyata ketimpangan ekonomi kian menjadi-jadi. Bahkan tetesan ke bawah pun tertutup,” sambung dia.
“Sebagian besar kekayaan negara, seperti tanah, keuangan dan pendapatan mengalir ke atas, terkonsentrasi di atas dan mengalir ke atas. Kemana? Yakni ke tangan asing dan segelintir taipan dan terus berputar di lingkungan mereka sendiri,” tandas dia.
Laporan: Muhammad Hafidh