KedaiPena.Com- Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin dimint fokus pada janji-janji kampanyenya dulu untuk menuntaskan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara ini. Permintaan tersebut disampaikan oleh pemerhati sosial Uchok Sky Khadafi.
Menurutnya, ketimbang urus soal calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) yang tak ada urgensinya dengan janji kampanye, sebaiknya Presiden Jokowi dan wakil presiden Ma’ruf Amin fokus menyelesaikan janji-janji kampanye sebelum habis masa jabatannya.
“Jangan seperti sekarang, wakil presiden Ma’ruf Amin seperti mobil mogok, sampai saat ini, tidak tahu apa yang dia lakukan sebagai wapres. Begitu juga dengan Jokowi, sibuk dengan urusan capres dan partai politik. Seharusnya urusan capres serahkan saja ke ketua-ketua partai Politik,” tegas Kak Uchok, Kamis,(10/11/2022).
Uchok juga mengingatkan agar presiden Jokowi tidak terlalu jauh mencampuri urusan partai politik terutama terkait kontestasi pilpres mendatang.
“Presiden Jokowi jangan terlalu dalam intervensi ke dapur partai politik, apalagi ingin mengelola capres hanya dengan dua pasangan capres,” papar Uchok.
Menurutnya, jika Jokowi-Ma’ruf tidak fokus kepada janji-janji kampanye maka janji kampanye mereka seperti menurunkan angka kemiskinan dan kartu sembako murah, hanya menjadi janji, dan mimpi belaka.
“Sekarang malahan angka kemiskinan naik, yang pada tahun 2020 sebanyak 27.55 juta, dan pada 2022 berpotensi melonjak menjadi 10,81 persen atau setara 29,3 juta penduduk, dan ditambah lagi sembako naik gara-gara BBM dinaikin seenaknya saja,” urai Uchok.
Uchok mencatat, setidaknya ada beberapa janji kampanye Jokowi yang belum terealisasi dengan baik.
“Pertama, soal menurunkan angka kemiskinan dan kartu sembako murah itu belum terlaksana sebagaimana janjinya. Kedua, klaim jaminan pendidikan dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah juga belum merata. Ketiga, program Mekaar dan UMI (Pembiayaan Ultra Mikro) masih di bawah harapan. Keempat, sertifikasi tanah dan konsesi lahan masih banyak problem,” papar Uchok.
“Kelima, dana desa akan capai Rp 400 Triliun tapi realisasinya masih sangat minim. Keenam, Koperasi petani dan bank mikro nelayan hanya angan-angan belaka. Ketujuh, Rasio elektrifikasi dan pemanfaatan energi terbarukan belum maksimal. Kedelapan, Kartu Pra-Kerja masih banyak masalah juga. Kesembilan, Permudah usaha generasi muda belum ada implementasinya. Kesepuluh, Akses internet cepat juga masih jadi angan-angan,” pungkasnya.
Laporan: Tim Kedai Pena