MUNGKIN sekilas, Rizal Ramli (RR) kadang terlihat menyebalkan. Gaya bicaranya blak-blakan, suka melontarkan kritik, dan bahkan saking kerasnya, juga ada kesan seakan-akan RR arogan.
Memang benar, dalam banyak hal RR memang sangat keras dan sering berapi-api. Namun, orang-orang yang mengenal RR dengan baik pasti akan tahu bahwa dia sangat mencintai Indonesia.
Sejak muda, RR selalu terlibat untuk menjadikan Indonesia lebih baik dari sebelumnya. Bagaimana saja caranya?
Mengkampanyekan Gerakan Anti Kebodohan
Saat masih mahasiswa, RR berkeliling Pantai Utara Jawa dan Bali. Perjalanan ini membuat RR sadar bahwa masih banyak anak Indonesia yang belum memperoleh pendidikan.
RR pun membuat kampanye gerakan Anti Kebodohan untuk mendorong pemerintah menjalankan Gerakan Wajib Belajar. RR berhasil melibatkan penyair W.S. Rendra, dan sutradara Sumandjaya untuk ikut terlibat dalam kampanye ini. Akhirnya pada tahun 1984, Wajib Belajar 6 tahun diterapkan di Indonesia.
Menuliskan Buku Putih
Tahun 1978, seorang peneliti ternama Prof. Benedict Anderson menerjemahkan sebuah buku yang dikenal sebagai buku putih. Hasil terjemahan tersebut dimuat di jurnal Indonesia, terbitan Cornell University.
Menurut Anderson, buku ini sangat penting untuk diterjemahkan karena merupakan kritik sistematis yang pertama mengenai kebijakan Orde Baru di Indonesia.
Buku ini dituliskan oleh sejumlah mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) dan oleh pemerintah dianggap sebagai buku terlarang. Di dalam buku tersebut, mahasiswa melayangkan kritik terhadap monopoli partai politik di Indonesia, kebijakan ekonomi yang tidak berpihak pada rakyat, pembangunan yang menghancurkan sumber daya alam, dan hukum yang lemah.
RR termasuk salah satu penulis buku itu bersama Irzadi Mirwan, Abdul Rachim dan Josef Manurung. Soeharto sangat marah atas diterbitkannya buku ini, sehingga RR bersama beberapa mahasiswa lainnya dijebloskan ke dalam penjara.
Terlibat dalam reformasi BRI Unit Desa,
RR pernah menjadi koordinator lapangan untuk membenahi BRI Unit Desa yang ada di seluruh Indonesia tahun 1982-1984 khususnya program Kredit Pedesaan (Kupedes) dan Simpanan Pedesaan (Simpedes).
Muhammad Yunus, pernah datang ke Indonesia untuk mempelajari sistem ini dan menjadikannya inspirasi untuk mengembangkan sistem mikro-credit yang menghantarkannya untuk meraih hadiah Nobel.
Mengembangkan Sistem Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
OJK adalah lembaga pengawas industri jasa keuangan yang bertujuan untuk melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. Sebelum RR diangkat menjadi Komisaris Utama Bank Negara Indonesia (BNI) pada tahun 2015, RR harus mengikuti semacam ujian yang diselenggarakan oleh OJK.
Kalau lolos ujian ini, barulah RR bisa menjadi Presiden Komisaris BNI-46. Saat tahu harus mengikuti ujian, RR merasa geli sendiri. Pasalnya, beliaulah yang pertama kali menyusun proposal mengenai perlunya Indonesia memiliki OJK.
Sebelum ujian berlangsung, RR menyerahkan satu set kopian proposal yang pernah dibuatnya kepada pengujinya. Pengujinya pun tertawa. Namun, setelahnya RR tetap mengikuti aturan yang berlaku. Beliau mengikuti ujian dan lulus.
Mendorong Pemerintah untuk Membuat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketika masih di Dewan Mahasiswa, RR mendukung Bakti merancang sistem jaminan sosial untuk mahasiswa ITB. Akibatnya, mahasiswa dan masyarakat yag sakit bisa berobat secara murah di Klinik Bumi Medika Ganesha.
Pengalamannya membuat sistem jaminan sosial sangat berkesan. Hal ini yang menyebabkan pada tahun 2010, RR membantu Serikat Pekerja, KSPI dan lain-lain mematangkan konsep BPJS, dan bersedia untuk berdemonstrasi turun ke jalan agar Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Kini BPJS memungkinkan rakyat miskin untuk mengakses pelayanan kesehatan dengan biaya yang terjangkau.
Membongkar Malpraktek Bank Dunia dan IMF
RR membongkar malpraktek Bank Dunia di Indonesia dan meminta mereka “Membayar Kesalahannya” dengan menyediakan Dana untuk Program Anti Korupsi di Indonesia. RR bernegosiasi agar IMF “membayar kesalahannya”.
Dana tersebut digunakan untuk membiayai lembaga “Partnership for Governance”, sekarang bernama “Kemitraan”. Mereka membiayai berbagai kegiatan anti korupsi, termasuk Indonesia Corruption Watch (ICW).
Demikian juga soal malpraktek IMF di Indonesia. Almarhum Moerdiono, Menteri Sekretaris Negara tahun 1998, pernah mengakui bahwa kesalahan terbesar sepanjang kariernya adalah membujuk Presiden Soeharto untuk menandatangani kesepakatan dengan IMF yang memang sengaja dirancang untuk gagal.
Karena pinjaman yang diberikan oleh IMF diikuti oleh 140 prasyarat tak masuk akal dan bisa menyebabkan adanya krisis moneter. RR bersama tim peneliti Econit lainnya sudah menuliskan mengenai malpaktek IMF ini dalam Econit Economic Outlook 1996.
Agar didengar oleh masyarakat internasional, RR juga menuliskan mengenai isu ini di koran Wall Street Journal, serta memberikan ceramah di Carnagie Center Washington DC, dan Oxford. Akibatnya, IMF pun segera membentuk komite peninjauan tentang malpraktek ini dan ternyata malpraktek ini terbukti.
Masih ada banyak lagi keterlibatan RR dalam perbaikan Indonesia. Namun, hal-hal lainya akan disampaikan dalam tulisan selanjutnya. (Bersambung).
Oleh Alea Eka Putri, Pemerhati Sosial