KedaiPena.Com – Pandemi Covid-19 meningkatkan beban utang sebagian besar negara, termasuk Indonesia. Menteri Keuangan Sri Mulyani berharap IMF dan Bank Dunia dapat mendukung negara-negara di seluruh dunia mengelola beban utangnya secara efektif.
“Kami membutuhkan pengawasan dan bimbingan yang lebih besar dari Bank Dunia dan IMF untuk mengatasi masalah utang dan mengurangi tekanan yang meningkat,” ujar Sri Mulyani pada Komite Pembangunan Development Commitee (DC) World Bank Spring Meeting 2021 pada akhir pekan lalu, seperti dikutip dari laman Kementerian Keuangan.
Sri Mulyani mengatakan ini karena Bank Dunia dan IMF sejak tahun lalu telah memperingkatkan pandemi Covid-19 dapat memicu krisis utang, terutama di negara-negara miskin.
Sementara, total utang pemerintah mencapai sebesar Rp 6.361,02 triliun per Februari 2021. Angka ini naik 28,55% dari periode yang sama pada tahun lalu sebesar Rp 4.948,18 triliun.
Hal ini langsung mendapat kecaman dari Begawan Ekonomi Rizal Ramli. Ia menyemprot Sri Mulyani dengan sebutan Sales Promotion Girl (SPG) IMF dan Bank Dunia.
“Dasar SPG Bank Dunia dan IMF. Undang IMF lagi, ekonomi Indonesia akan semakin hancur seperti 1998,” kata Rizal, di Jakarta, Sabtu (17/4/2021).
“Menkeu Terbalik SMI, belajar dulu deh bahaya undang IMF untuk urus utang. Rupiah bakal anjlok, ekonomi hancur, utang swasta jadi utang pemerntah. Bisa lebih cerdas ndak sih?,” sindir RR, sapaan Rizal Ramli.
Rizal pun bukan tanpa alasan menyemprot Sri Mulyani. Sebab IMF dan Bank Dunia memang punya rekam jejak buruk di Indonesia.
Rizal memgungkap kegagalan IMF dan Bank Dunia dalam sebuah pemberitaan berjudul, “Malpraktek IMF di Indonesia Diungkap Rizal Ramli“.
Rizal awalnya mengutip pernyataan almarhum Moerdiono, Mensesneg era Presiden Suharto yang mengakui kesalahan paling besar sepanjang karirnya.
Kesalahan itu adalah membantu membujuk Presiden Soeharto untuk menandatangani LOI dengan IMF.
Perjanjian IMF dan Indonesia itu sebenarnya untuk memperbaiki krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak 1997.
Namun faktanya sengaja dirancang IMF untuk gagal, karena ada 140 prasyarat (‘condionalities’) yang tidak masuk akal.
Laporan: Muhammad Lutfi