KedaiPena.Com – Sangat sulit menyatakan bahwa tim ekonomi Pemerintah Jokowi telah bekerja dengan baik. Karena berdasarkan apa yang ditemui di lapangan maupun di data-data yang terpublikasi resmi, semuanya mengarah pada kesimpulan, ekonomi rakyat sedang melemah.
Demikian disampaikan peneliti Lingkar Studi Perjuangan (LSP) Gede Sandra kepada KedaiPena.Com, Kamis (16/2).
“Seperti bila kami tanya kepada para penjual sayur keliling di kompleks-kompleks, umumnya mereka menjawab telah terjadi penurunan omset 30-50% dalam 6 bulan terakhir. Sementara bila kami tanya para penjual bahan bangunan, umumnya mereka menjawab bahwa juga terjadi penurunan omset hingga 30% semenjak beberapa bulan terakhir,” jelas dia.
Selain itu, berdasarkan informasi dari salah satu perusahaan yang tertua di Indonesia yang memproduksi sabun, shampo, kecap, dan produk lainnya yang umum dipakai di masyarakat kelas menengah ke bawah, terdapat suatu tren konsumsi yang perlu dicermati.
Ternyata belakangan ini masyarakat mulai beralih dari sabun cair ke sabun batangan, yang ditandai dari turunnya konsumsi terhadap sabun cair dan meningkatnya konsumsi sabun batangan. Selain itu juga masyarakat mulai beralih dari kecap botol ke kecap sachet, yang ditandai dengan naiknya konsumsi kecap sachet dan turunnya konsumsi kecap botolan.
“Kemudian berdasarkan informasi dari seorang pengusaha mall, telah terjadi penurunan penjualan makanan sebesar 10% dan penurunan penjualan pakaian sebesar 20% di seluruh cabangnya di Infonesia. Data ini memang belum terpublikasi resmi, tapi perlu untuk diperiksa kebenarannya. Bila ternyata benar, tentu ini sangat mengkhawatirkan,” tambahnya.
Penjualan sepeda motor, yang lazim dipakai masyarakat menengah ke bawah, pun ternyata juga menurun. Berdasarkan data AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia) penjualan sepeda motor sepanjang tahun 2016 turun 8,5% dari tahun sebelumnya.
Kemudian berdasarkan survei Bank Indonesia (BI), dibandingkan Desember 2016 data pertumbuhan penjualan eceran bulan Januari 2017 menunjukkan penurunan. Yaitu terjadi pada penjualan suku cadang dan aksesori turun 0,9%; penjualan makanan, minuman, dan tembakau turun 2,7%; penjualan bahan bakar kendaraan turun 2,2%; penjualan peralatan informasi dan komunikasi turun 0,6%; penjualan perlengkapan rumah tangga turun 0,7%; penjualan barang budaya dan rekreasi turun 1,3%; dan penjualan sandang (pakaian) turun 2,1%.
“Maka jelas harus ada terobosan yang progresif untuk kembali memperkuat ekonomi rakyat. Harus ada pemikiran yang ‘out of the box’. Tidak bisa lagi tim ekonomi Pemerintah mengandalkan cara berpikir yang lama. Apalagi bila terperangkap di dalam pikiran yang sangat konservatif tersebut,” pungkas dia.
Laporan: Muhammad Hafidh