KedaiPena.Com – Selama ratusan tahun nilai tambah Nilam yang berada di Provinsi Aceh Indonesia hanya dinikmati oleh negara luar seperti Perancis, Singapura, Amerika Serikat. Bahkan, Perancis selama ratusan tahun, sejak penjajahan Belanda telah menggunakan Nilam Aceh sebagai fiksatif parfum mereka.
Hal ini yang membuat Pusat Riset Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Aceh tergerak dan memulai program pengembangan hasil Nilam menjadi parfum lokal karya anak bangsa Indonesia.
Diberi nama Neelam, parfum hasil karya anak bangsa ini memiliki tiga varian antara lain Adenza, Citna dan Coffee. Program pengembangan Nilam ini sendiri sudah dimulai sejak tahun 2016.
“Tahun 2017 kita banyak buat roadmap dan Masterplan, termasuk masterplan riset. Salah satu kajian utama riset ARC adalah pengembangan produk turunan. 2017 kami banyak hasilkan prototype produk turunan Nilam,” ujar Kepala Atsiri Research Center (ARC) PUI PT Nilam Universitas Syiah Kuala, Syaifullah Muhammad kepada KedaiPena.Com, Kamis (12/12/2019).
Parfum Neelam sendiri, lanjut dia, sudah dijual ke pasar dari tahun 2018-2019 secara terbatas. Di tahun 2020 setelah semua regulasi perizinan terpenuhi, parfum NEELAM sendiri akan mulai masuk ke advance market.
“Tantangan utamanya adalah kelembagaan bisnis universitas. Unsyiah sebagai perguruan tinggi tidak terlalu terampil dalam bisnis. Kita harus banyak belajar agar dapat menjalankan bisnis secara profesional,” papar dia.
“Hambatan lainnya pada kapasitas produksi. Kampus tidak punya cukup resources untuk berproduksi skala besar,” sambung Syaifullah.
Ia berharap agar pengembangan yang dilakukan oleh pihaknya ini dapat memberi nilai tambah untuk para petani Nilam.
Ia merasa bahwa perguruan tinggi berkewajiban membela masyarakat dengan memberikan pengetahuan agar manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat kita.
“Ini satu satunya motivasi sehingga kami, sehingga mewaqafkan diri untuk membantu membangkitkan kembali Nilam Aceh di dunia, tentunya dengan kerjasama antara perguruan tinggi, pemerintah, dunia usaha, masyarakat dan media,” tegas dia.
“Karena sejak dulu masyarakat petani Nilam hidupnya miskin. Aceh hingga saat ini nomor satu termiskin di Sumatera, nomor enam termiskin di Indonesia. Padahal negerinya kaya. Komoditinya seperti nilam, pala, serai wangi, kopi dan lain-lain menjadi andalan ekspor,” pungkas dia.
Untuk diketahui tanaman nilam bisa juga dikonversi menjadi minyak nilam atau yang dalam bahasa Inggris disebut ‘patchouli oil’.
Minyak nilam sendiri punya banyak kegunaan, mulai dari pembunuh serangga, hingga bermanfaat pula sebagai obat-obatan.
Laporan: Muhammad Hafidh