KedaiPena.Com – Dalam konflik Rusia dan Ukraina, kepentingan nasional Indonesia adalah agar konflik cepat berhenti dan perdamaian terwujud. Sebab, perang dan sanksi-sanksi ekonomi telah menyulitkan serta menekan ekonomi Indonesia dan ASEAN khususnya.
Demikian dikatakan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat RI periode 1999-2004, Prof Ginandjar Kartasasmita Public dalam Kuliah Umum Universitas Paramadina bertajuk “Security Dilemma dan Kepentingan Nasional Indonesia dan Asia (Belajar dari Kasus Rusia-Ukraina)” di Jakarta, ditulis Kamis (31/4/2022).
“Kedua, (perang) berpengaruh terhadap posisi Presidensi Indonesia di G-20,” kata dia.
Ketiga, resiko kenaikan harga-harga pupuk, gandum jagung, minyak dan gas yang telah langsung naik tinggi akibat invasi. Rusia produsen gandum terbesar dunia bersama Ukraine (supplier 30 % gandum dunia). Lalu, jagung dunia 13% dihasilkan Ukraina.
Selain itu, dia juga mengatakan, konflik peradaban sekarang adalah konflik peradaban Barat vs peradaban Timur. Namun mentalitas Rusia lebih banyak ke Timur. 70% sikap mental Rusia mewakili peradaban Timur. Rusia tidak betul-betul Barat meski bersistem demokrasi tetapi bukan demokrasi murni.
“Jika Rusia adalah negara demokratis, maka tidak akan terjadi invasi ke Ukraina karena harus menunggu izin parlemen Rusia. Zaman ke depan adalah abad yang dipimpin oleh China dengan kekuatan ekonomi dan teknologinya. Teknologi adalah kunci kemenangan peradaban saat ini,” jelas dia.
Ia menambahkan, NATO dulu dibentuk karena adanya PAKTA WARSAWA Uni Soviet cs. Namun kini eksistensi NATO sesungghnya tidak lagi diperlukan dan a historis karena Rusia sendiri telah menanggalkan ideologi dan sistem politik komunisme.
“Maka agresivitas NATO di Eropa Timur hanya akan memancing kemarahan Rusia,” tandas dia.
Laporan: Sulistyawan