KedaiPena.Com – Insiden di Gunung Semeru masih ada, seperti hilang, terjatuh, dan lain-lain. Tapi, kebanyakan yang mengalami demikian adalah pendaki yang tidak menaati peraturan yang sudah dibuat Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
“Biasanya yang tidak bayar. Kayak kemaren ada yang dari Swiss gak daftar dan tidak ketemu sampai sekarang,” kata Kepala TNBTS, John Kennedy dalam FGD Gunung Bukan Tempat Sampah yang digelar Kemenko Kemaritiman di Malang, belum lama ini.
Ia juga mengatakan, setiap pendaki yang menjelajah Gunung Semeru juga harus menjaga etika. Bukan kepada sesama pendaki, tapi juga kepada alam dan makluk lain.
“Karena ada juga makhluk di sana. Yang ganteng dan cantik di sana jangan sampai berbuat mesum, karena ada yang di sana melihat. Jaga ego kita,” tegasnya.
Sebetulnya kalau naik ke Semeru dan ikuti aturan, semua akan aman-aman saja. Mulai dari Ranu Pani, Ranu Kumbolo, dan Kali Mati, naiknya aman. Karena ini sesuai aturan dan kondisi vulkanologi.
“Cuma, kalau sampai Kali Mati, dari atas seperti memanggil (untuk menggapai puncak Mahameru). Sampai puncak, naiknua naiknya sebenarnya juga aman, karena jalurnya satu, meski biasanya ada insiden seperti batu jatuh,” jelas dia.
“Nah, saat turun ini yang kerap jadi masalah. Sebab, jalurnya jadi bermacam-macam, akhirnya pada geser sana-sini, coba sana sini situ. Kalau sudah begini yang repot itu yang nge-SAR. Saya tahu masalah ini, jangan sampai ada open SAR, minta bantuan sana-sini, maka pada 2016 saya bentuk tim SAR Semeru,” John melanjutkan.
Ia menegaskan SAR Semeru ini dibuatkan SK pada 2016, dan kemudian dilatih ke Basarnas pada 2017. Tim ini akan menjalankan tugas SAR sebelum open SAR yang melibatkan banyak pihak. SAR Semeru akan melakukan tindakan pendahuluan.
“Pendaki saat ini ada dua macam, pendaki dulu dan pendaki selfi, yang belum-belum sudah selfi. Ini yang banyak. Meski demikian, tahun ini insiden sudah jauh berkurang. Saya kepengennya tahun depan zero inciden,” harap John yang akan memasuki masa pensiun.
Laporan: KedaiKreatif