KedaiPena.com – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dwikorita Karnawati mengungkapkan ada tiga faktor penyebab utama cuaca di sejumlah wilayah di Indonesia semakin panas menyengat akhir-akhir ini.
“Pertama, karena adanya anomali iklim El Nino yang dipengaruhi suhu muka permukaan laut pasifik di ekuator bagian timur yang berakibat pada minimnya pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia,” kata Dwikorita, Jumat (13/10/2023).
Kedua, akibat adanya anomali iklim di Indian Ocean Dipole (IOD) positif di wilayah Samudera Hindia di ekuator bagian barat. Ini juga menyebabkan minimnya pembentukan awan hujan di Indonesia.
“Akibat minimnya pembentukan awan hujan tersebut, penyinaran matahari di wilayah Indonesia di selatan ekuator langsung ke bumi tanpa ada tameng pelindung berupa awan hujan. Sehingga, penyinaran itu lebih intensitas penyinaran matahari lebih kuat,” ujarnya.
Dan, lanjutnya, karena efek gerak semu matahari di bulan September-Oktober ini, menyebabkan wilayah di selatan ekuator, Jawa, juga Nusa Tenggara mengalami penyinaran matahari yang lebih intens.
“Ketiga, cuaca panas menyengat kali ini dipengaruhi angin dari Australia yang lebih kering. Menyebabkan musim kemarau kali ini lebih menyengat. Angin dari Australia ini kering, mengakibatkan kelembaban semakin rendah. Jadi, sudah panasnya meningkat, kelembaban rendah, jadi terasa semakin menyengat,” ujarnya lagi.
Dwikorita menyebutkan wilayah Indonesia yang mengalami panas tertinggi saat ini adalah Kota Semarang dan Kertajati, Majalengka. Tercatat melalui pantauan stasiun klimatologi pada 6 Oktober 2023, suhu maksimum harian di Semarang mencapai 38,6 derajat Celcius, dan pada 7 Oktober di Kertajati mencapai 38,8 derajat Celcius.
“El Nino saat ini ada di level moderat dan diprediksi berlanjut sampai Januari-Februari tahun depan, dan melemah hingga Maret. Sehingga El Nino masih berlangsung sampai akhir Maret, Insya Allah berakhir di April,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa