KedaiPena.Com – Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamudin Daeng meminta agar masyarakat Indonesia dapat melawan bentuk kezaliman yang dilakukan oleh pemerintah dalam bentuk naiknya Tarif Dasar Listrik (TDL) saat ini.
“Mengapa demikian, karena di seluruh dunia tidak ada satu negarapun yang pernah menaikan tarif untuk satu golongan pelanggan sebesar 125% kurang dari satu semester. Lebih konyol lagi kenaikan tarif dilakukan pada dengan alasan pencabutan subsidi,” ujar dia kepada KedaiPena.Com, Sabtu (24/6).
Selain itu, kata Daeng sapaannya, kenaikan TDL dengan pencabutan subsidi listrik golongan masyarakat menengah ini juga tidak tepat. Sebab, jika mengancu pada data konsultan McKinsey, jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia hanya sebanyak 45 juta jiwa.
“Dengan demikian rumah tangga yang tidak perlu mendapatkan subsidi adalah 11,25 juta. Sisanya yang terdampak pencabutan merupakan masyarakat bukan kelas menengah dan rentan pada kemiskinan,” imbuh Daeng.
Daeng pun juga menyoroti, perbedaan tarif listrik di Indonesia yang telah melebihi tarif rata-rata listrik di Amerika Serikat (AS). Itu disebabkan karena tarif listrik di AS pada maret 2017 per kwh hanya berkisar antara 6.74 cent dolar atau Rp. 780 untuk industri dan 10.48 cent dolar atau Rp. 1.362/kwh untuk komersial.
“Sementara tarif listrik Indonesia PLN non subsidi pada Juni 2017 adalah Rp. 1467,28/kwh, tarif penyesuaian 900VA Rp. 1.352/KWH dan tarif subsidi untuk pelanggan miskin Rp. 415/kwh. Hebat sekali Indonesia kesejahteraan rakyatnya di era Pemerintahan Jokowi lebih baik dari Amerika Serikat,” beber Daeng.
Laporan: Muhammad Hafidh