KedaiPena.com – Kenaikan impor sayur pada bulan April 2022 yang disampaikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mengalami peningkatan hingga 111,78 persen jika dibandingkan dari bulan Maret 2022, dinilai masih wajar.
Pengamat Pangan Ir. Nur Jafar Marpaung, MSc, menyatakan peningkatan impor sayuran dari negara lain ke Indonesia hanya bersifat musiman.
“Pemerintah tidak dapat membendung impor beberapa jenis sayuran karena memang bebas masuk alias tidak dilarang,” kata Nur Jafar, saat dihubungi, Kamis (19/5/2022).
Ia menyatakan memang ada beberapa sayuran di hortikultura yang diatur, seperti wortel. Tapi yang lain bebas masuk, tidak diatur.
“Kenaikan nilai maupun volume impor sayuran saat ini adalah hal yang wajar, karena meningkatnya kebutuhan di dalam negeri. Kebutuhan masyarakat terhadap sayur meningkat. Itu seasonal (musiman). Ini mekanisme pasar atau pelaku pasar yang main, karena tidak diatur,” tuturnya.
Tapi, Nur Johan menyatakan pemerintah harus segera memonitor kondisi ini dan segera membuat aturan baru. Pemerintah harus membuat aturan bahwa setiap data sayur yang masuk ke Indonesia dari negara eksportir harus melalui Kemendag.
“Dan harus di inventarisir datanya. Sekarang kan banyak (impor) yang berjalan sendiri,” tuturnya lagi.
Pemerintah melalui Kemendag, lanjutnya, harus segera meminta kepada importir untuk menghentikan impor sayuran yang memang dilarang masuk ke Indonesia, seperti wortel.
“Akibat diganyang produk impor membuat petani sayur berteriak dan merugi. Harga jual sayur petani dipasar tidak bisa menutupi biaya produksi petani seperti biaya pupuk, pestisida, biaya pengadaan bibit, overhead petani dan biaya tenaga kerja langsung (direct labor),” kata Nur Jafar tegas.
Keberadaan sayur impor menyebabkan sayur petani dalam negeri kurang diminati. Baik Dari segi kualitas maupun harga.
“Untuk menghindari kerugian petani sayur pemerintah harus mengeluarkan seperangkat aturan (regulasi) untuk melarang sayur dari luar negeri masuk ke Indonesia pada saat surplus sayur didalam negeri. Lain hal bila kebutuhan dalam neger meningkat, sementara produksi domestik berkurang lantaran kendala cuaca, hujan terus, hingga panen gagal,” pungkas Ketua DPP Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu (APEGTI) Provinsi Riau.
Laporan: Hera Irawan