KedaiPena.com – Kenaikan harga minyak dunia sudah pasti akan mempengaruhi harga BBM Indonesia. Pilihan tak populer, yaitu menaikan harga BBM akan meninggalkan konsekuensi besar pada pemerintah. Mengingat program Pemulihan Ekonomi Nasional bisa saja terhambat dengan kenaikan harga BBM ini.
Pengamat Migas CERI Yusri Usman menyatakan kenaikan harga BBM sudah hampir pasti tak dapat dihindari mengingat harga minyak mentah dunia sudah diatas 115 Dollar Amerika per barel.
“Tentu untuk menjaga cash flow Pertamina, maka seharusnya Pertamax 92 dinaikan. Namun ada kondisi dilematis jika Pertamax 92 saja naik tetapi Pertalite tidak naik, maka konsumen Pertamax bisa migrasi besar-besaranan ke Pertalite, implikasinya bisa terjadi kelangkaan Pertalite jika harga Pertamax jadi dinaikan diatas Rp3 ribu perliter untuk mencapai harga komersialnya,” kata Yusri saat dihubungi, Selasa (29/3/2022).
Ia mengemukakan, agar tak ada peralihan pembelian dari Pertamax ke Pertalite, sebaiknya Pertalite pun harus ditetapkan mengalami kenaikan harga.
“Pertalite itu didisain sebagai pengganti Premium, sebagai BBM penugasan. Dalam konfigurasi jenis konsumsi BBM, persentasi konsumsi nasional mencapai 80 persen bersama premium. Harga jualnya Rp7.650 per liter jauh dibawah keekonomiannya. Ini yang membuat keuangan Pertamina Patra Niaga berdarah darah, meskpun ada kompensasi dari Pemerintah, realisasinya bisa tiga atau empat tahun,” urainya.
Ia menyatakan dengan naiknya harga BBM ini dipastikan akan berdampak pada harga distribusi logistik, yang akan memicu kenaikan harga bahan pokok.
“Hal ini menjadi sangat krusial mengingat saat ini daya beli masyarakat sedang lemah paska pandemi. Oleh sebab itu, Pemerintah lagi berpikir keras bagaimana Pertamina tidak rugi besar, tetapi program pemulihan ekonomi nasional tidak terganggu. Memang kondisinya memberikan pilihan sulit bagi Pemerintah,” ungkapnya.
Jika pemerintah tak ingin menaikan harga BBM, maka pemerintah harus siap menyediakan dana talangan untuk selisih harga.
“Defisit APBN pasti akan meningkat. Semuanya tergantung pemerintah, untuk mengambil langkah penentuan harga sekaligus langkah pengaturan teknis penjualan Pertalite, jika memang harganya tak dinaikan, seperti yang dilakukan dulu dengan BBM Premium,” pungkasnya.
Laporan: Natasha