Artikel ini ditulis oleh Arief Gunawan, Wartawan Senior.
KEMISKINAN di Indonesia banyak dikisahkan penulis Eropa sejak era kolonial.
Multatuli bercerita “Saija-Adinda”. Korban pejabat pribumi yang kekuasaannya tak digunakan membela rakyat.
Dompers menulis Sakinoem.
Perelaer bercerita tentang Baboe Delima.
Lulofs berkisah mengenai kehidupan Koeli, dan seterusnya.
Waktu baru merdeka rakyat hidup miskin, tapi tidak ditipu oleh elit kekuasaan seperti hari ini.
Karakter penguasa waktu itu umumnya tidak dirusak oleh korupsi, karena bergumul dalam pertentangan visi, ideologi, dan garis perjuangan.
Pramoedya Ananta Toer menulis kisah “Lemari Antik” bercerita tentang keluarga miskin yang terpaksa makan bangke kucing.
Bagaimana hari ini ?
Hari ini ibu membunuh tiga anak, suami membakar istri, lansia tinggal di kandang kambing, orangtua tak mampu sekolahkan anak, dan seterusnya.
Tapi kemiskinan dijawab pake BLT dan Bansos, yang ternyata dicolong. Sehingga menteri the ruling party ikut nilep sedemikian bejat.
“Mengatasi kemiskinan bukan hanya dengan BLT dan Bansos. Juga harus dengan policy (kebijakan). Policy dapat mengubah rakyat untuk hidup makmur,” tandas tokoh nasional Dr Rizal Ramli.
Akibat dampak pandemi Covid-19 kemiskinan di negeri ini menurut Bank Dunia, beberapa hari lalu, semakin akut, terutama berkaitan dengan masalah pangan.
Orang miskin dan rentan miskin di Indonesia makin tak mampu membeli makanan pokok.
Warning Bank Dunia ini termasuk telat, karena sejak Maret lalu Rizal Ramli sudah lebih dulu kasih nasehat untuk mengingatkan.
Ekonom senior yang memiliki jaringan luas di kalangan internasional ini minta pemerintah Jokowi menghentikan sementara anggaran untuk proyek-proyek infrastruktur yang menyedot dana besar.
Dana tersebut, kata Rizal Ramli, harus dialokasikan untuk tiga hal.
Yaitu pertama, untuk masalah kesehatan.
Kedua, pangan.
Ketiga, untuk daya beli masyarakat miskin yang terdampak pandemik.
“Sejak akhir Maret lalu saya sudah sarankan stop proyek-proyek infrastruktur besar 2020. Jangan gengsi. Alokasikan untuk sektor kesehatan, pangan dan daya beli rakyat miskin,” papar Rizal Ramli.
Nasehat telah disampaikan.
Kebaikan telah ditunjukkan.
Keberpihakan kepada rakyat selalu dibuktikan oleh Rizal Ramli.
Kalau pemerintah menjalankan tentu keadaan tidak serunyam dan berantakan seperti sekarang.
Rakyat jadi korban, makin bertambahlah babak baru kisah-kisah kemiskinan.
[***]