KedaiPena.Com – Kemerdekaan Indonesia tidak sama dengan negara-negara lain. Dalam kemerdekaan Indonesia, ada intervensi spiritual, yang hal tidak mungkin jadi mungkin.
“Dalam konstitusi UUD 1945, ada kata-kata ‘Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya’,” kata tokoh pergerakan Jumhur Hidayat di Bandung, ditulis Kamis (28/12/2017).
Dia menerangkan, Simon Bolivar tokoh di Amerika Latin, berjuang untuk kemerdekaan satu benua. Tapi begitu merdeka menjadi puluhan negara, padahal sama-sama dijajah Portugis dan Spanyol.
Demikian pula tetangga Indonesia, yakni Malaysia, Brunei dan Singapura, dijajah Inggris tapi merdeka sendiri-sendiri. Juga di Bangladesh, India, Pakistan hingga Afrika dan belahan dunia lainnya, yang merupakan satu daratan tapi merdeka sendiri-sendiri.
“Indonesia negara terpisah-pisah dari banyak kerajaan yang berdaulat secara kekuasaan, tapi ketika Bung Karno umumkan kemerdekaan, kerajaan-kerajaan itu bergabung dengan negara proklamasi,” keta dia.
“Kalau waktu itu Sultan Ternate tak mau bergabung dengan NKRI, apa Bung Karno bisa kirim mitraliur dan tentara ke sana? Tidak bisa. Kalau Mataram, Aceh, Pontianak, Dayak dan sebagainya sendiri-sendiri, apa bisa merdeka? Tapi tiba-tiba bergabung menjadi Indonesia. Ini keajaiban, ada hasrat untuk bersatu,” tegas tokoh buruh tersebut.
Jumhur merasa prihatin atas situasi kekinian yang semakin jauh dengan cita-cita proklamasi kemerdekaan. Dia mengatakan bahwa dulu ada semboyan “semua untuk satu, satu untuk semua,” yang diwujudkan dalam semua kekuasaan daerah lokal untuk satu Indonesia hingga NKRI berdiri. Seharusnya setelah Indonesia berdiri, diabdikan untuk semua warganya.
“Sekarang apakah iya satu Indonesia untuk semua orang hingga ke daerah-daerah? Faktanya yang terus berkembang dari pemerintahan ke pemerintahan sampai hari ini, semua untuk satu Indonesia iya, tapi setelah menjadi satu, yang terjadi satu untuk Inggris, satu untuk Amerika, satu untuk Cina, satu untuk negara-negara asing, bukan satu Indonesia untuk memperjuangkan kedaulatan masyarakat!” kecamnya lantang.
Laporan: Irfan Murpratomo