KedaiPena.Com – Ketua DPP Hanura Hengki Irawan menilai, kemerdekaan Indonesia akan benar-benar terwujud ketika kesadaran di setiap kepala anak negeri untuk jujur dan mengutamakan kepentingan bangsa serta negara dijalankan.
“Indonesia baru benar-benar merdeka jika kesadaran di setiap kepala anak negeri berani jujur. Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kelompok. Lalu juga mengorbankan kepentingan diri sendiri untuk kepentingan bersama,” ungkap Hengki saat memberikan refleksi di momentum HUT RI ke 75, Selasa, (18/8/2020).
Hengki melanjutkan, saat ini di Indonesia sebagian kepala kaum reaksioner fanatik masih bersemayam bahaya laten pikiran fundamentalisme agama. Mereka merasa memajukan, paling benar dan berhak.
“Menganggap yang lain berbeda, yang lain lebih rendah, lebih kecil bahkan salah,sesat atau kafir berdasarkan pandangannya sendiri,” ungkap Hengki.
Padahal, Hengki melanjutkan, dalam nilai ajaran agama itu Rahmatan lil alamin yang bersifat universal. Semua suku bangsa itu, menjunjung tinggi rasa hormat dan mengajarkan tolong menolong sesama.
“Tetapi kita masih melihat konflik pendirian rumah ibadah, politik dalam pilkada dan pilpres bernuansa identitas agama dan SARA,” beber Hengki.
Selain itu, Aktivis 98 ini menambahkan, terkait kemajuan untuk mencerdaskan program dasar pendidikan harus dipenuhi negara dahulu.
“Infrastruktur, tenaga pengajar , silabus dan kurikulum yang mencerdaskan seluruh rakyat apakah sudah memadai, sudah mudah diakses oleh anak anak negeri,” jelas Hengki.
Hengki menambahkan, hal tersebut termasuk soal penegakan hukum yang lebih mengutamakan kepentingan bersama dan negara.
“Merah putih harus di atas kepentingan pemilik modal, pengusaha, lembaga transnsional dan multinasional yang mengeksploitasi sumber daya alam? Menguasai lahan dan mengalahkan hak hak rakyat, masyarakat adat dan penegakan hukum masih melihat si berpunya dan si rakyat kecil atau wong cilik,” papar Hengki.
Belum lagi, lanjut Hengki, para pejabat yang menikmati fasilitas negara dari rakyat. Menggunakan atribut dan kepangkatan serta kedudukan untuk kepentingan dirinya sendiri dan kelompoknya.
“Jadi masih banyak pekerjaan rumah (PR) Kemerdekaan Indonesia untuk menjadi Indonesia yang sesuai cita cita proklamasi kemerdekaannya,” tandas Hengki.
Laporan: Sulistyawan