KedaiPena.Com – Ditjen Hortikultura Kementan yakin ketersediaan cabai jelang akhir 2017, khususnya Natal dan tahun baru, stabil. Alasannya, surplus produksi selama Oktober-November.
“Berdasarkan prognosis yang kamu lakukan, neraca produksi cabai rawit dan cabai besar surplus di bulan Oktober dan November,” kata Dirjen Hortikultura Kementan, Spudnik Sujono, Jakarta, Rabu (1/11).
Menurut prognosis Ditjen Hortikultura, produksi cabai rawit dari luas tanam 46.589 hektare pada Oktober sebanyak 77.983 ton atau 8.669 ton lebih banyak dibanding kebutuhan. Sedangkan di November, ketersediaannya mencapai 77.792 ton yang dihasilkan dari 52.773 hektare dan kebutuhan 69.344 ton atau surplus 8.448 ton.
Cabai rawit ini dihasilkan dari 20 daerah sentra produksi terbesar, seperti Lombok Timur, Banyuwangi, Jember, Banjarnegara, Malang, Brebes, Blitar, Probolinggo, Situbondo, Sampang, Garut, Lumajang, Wonosobo, Temanggung, Boyolali, Magelang, Takalar, Jombang, Bondowoso, dan Bojonegoro.
Sementara itu, prognosis ketersediaan cabai besar pada Oktober sebanyak 100.373 ton yang dipanen dari lahan seluas 35.028 hektare atau kelebihan 8.905 ton dari kebutuhan sebesar 91.468 ton. Pada November, diperkirakan surplus 8.124 ton, karena produksi dari lahan seluas 34.559 hektare ditaksir 100.464 ton dan kebutuhan cuma 92.340 ton.
Adapun sentra produksi cabai besar adalah Karo, Brebes, Temanggung, Rejang Lebong, Garut, Tanah Datar, Kerinci, Magelang, Solok, Malang, Simalungun, Agam, Maros, Tapanuli Utara, Wonosobo, Lombok Timur, Tasikmalaya, Rembang, Serang, dan Banyuwangi.
Spudnik berkeyakinan, harga cabai jelang dua hari besar tersebut akan tetap stabil. Pertimbangannya, berdasarkan sepanjang Januari-Oktober 2017, gejolak hanya terjadi di awal tahun lalu serta cenderung turun dan stabil kemudian. “Ketika Idul Fitri dan Idul Adha, juga tidak ada masalah berarti untuk harga,” beber dia.
Meski demikian, Spudnik menegaskan, Kementan terus berupaya menjaga capaian positif tersebut. Salah satu upaya yang baru-baru ini dilakukan adalah mengumpulkan petani unggulan (champion) di Yogyakarta, 25-27 Oktober lalu.
“Pada kesempatan itu, kami meminta agar champion terus mengawal kebijakan pemerintah. Sehingga, harapan kita bersama, harga yang stabil di tingkat petani sampai konsumen dan stok yang terus terjaga sepanjang waktu, terealisasi,” urai Spudnik.
Guna mengantisipasi harga di tingkat petani jatuh karena stok melimpah, lanjutnya, Kementan juga telah melakukan beragam cara. Contohnya, mendorong hilirisasi oleh petani. Sehingga, hasil panen dapat diolah menjadi produk baru yang lebih berkualitas dan awet. Hal tersebut pun mendorong peningkatan kesejahteraan petani, karena langsung merasakan nilai tambah.
“Kementan juga berupaya memfasilitasi petani dengan industri rumah tangga, olahan maupun horeka (hotel, restoran, dan katering), agar hasil panennya bisa dapat langsung diserap. Jika dibutuhkan, kami juga akan bersurat kepada Bulog untuk segera menyerap hasil panen petani,” tuntas Spudnik.