KedaiPena.Com – Salah satu pariwisata minat khusus yang berkembang saat ini adalah olahraga bawah air seperti diving dan snorkeling.
Asdep Pengembangan SDM dan Hubungan Antar Lembaga Kementerian Pariwisata Wisnu Bawa Tarunajaya mengatakan bahwa pihaknya fokus mengembangkan pariwisata minat khusus ini jenis ini.
Pihaknya selalu memberikan pelatihan kepada para masyarakat yang bertempat tinggal di destinasi wisata yang memiliki laut. Selain itu, juga dilakukan kompetensi untuk para penyelam.
Wisnu, begitu ia disapa mengatakan, seperti kemarin, Selasa (24/9/2019), pihaknya melakukan kompetensi selam di Labuan Bajo yang diikuti oleh 50 orang dan dilaksanakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Pramuwisata Indonesia (LSP) Pramindo.
“Karena tahun ini kita sedang memang membahas Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia untuk snorkling dan diving,” jelas Wisnu kepada KedaiPena.Com, ditulis Selasa (25/9/2018).
Wisnu mengakui, jika melihat tempat atau daya tarik selam dan snorkling sangatlah menjanjikan. Sebab, memang itu yang menjadi tempat favorit untuk dikunjungi oleh wisatawan mancanegara ke Indonesia.
Ia pun menegaskan, bahwa sertifikasi tersebut tidak hanya ditujukan untuk 10 tempat destinasi wisata prioritas.
Tapi juga tempat-tempat lain yang memiliki keindahan bawah laut seperti Manado, Aceh, Ambon dan lainnya.
“Hal itu agar pelayanan kita kepada tamu standar minimal terlayani di seluruh Indonesia, hotel bintang 3 di seluruh Indonesia sama, begitu juga lainnya,” papar Wisnu.
Sementara itu, pelaku usaha selam yang merupakan pemilik Global Dive Center, John E Sidjabat mengakui masalah pariwisata khususnya diving memang masih super kompleks.
John begitu ia disapa mengatakan masalah-masalah tersebut mulai dari infrastruktur, sarana dan parasana serta Sumber Daya Manusia (SDM).
Namun demikian, John mengatakan, pokok permasalahan ada pada kapasitas SDM-SDM di tempat wisata tersebut.
“Infrastruktur dan sarana serta prasana itu satu tahun bisa dikebut. Dalam satu tahun di desa bisa dibangun ribuan home stay. Tapi SDM-nya satu tahun belum jadi apa-apa. Istilah itu sekolah itu baru TK,” tukas John.
Jadi, lanjut John, jangan bicara target dua puluh juta wisatawan terlebih dahulu, jika masalah SDM di destinasi pariwisata belum terselesaikan.
“Rumahnya bisa nampung tapi masyarakat belum tentu bisa. Orang baru pasti bisa melihat, kalau ketemu orang baru senyum apa gak? Kalau kita bicara orang senyum, yang baru bisa melakukan itu hanya Bali,” beber John.
Laporan: Muhammad Hafidh