KedaiPena.Com – Deputi III Bidang koordinasi Infrastruktur Kementerian Koordinator Kemeratiman, Ridwan Djamaluddin memastikan kehati-hatian pihak Indonesia dalam bekerja sama dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
Kepastian tersebut disampaikan oleh Ridwan pasca mencuatnya keraguan dari banyak pihak atas kesepakatan program Global Maritime Fulcrum-Belt and Road Initiative (GMF-BRI) alias Jalur Sutera Modern pada 25-26 April lalu.
“Dalam proses panjang itu menerapkan kehati-hatian dalam rangka menggunakan teknologi,” ujar Ridwan di Kantor Kementerian Koordinator Kemaritiman, Jakarta Pusat, ditulis Selasa (30/4/2019).
Ridwan menekan bahwa Indonesia tidak ingin terus didikte sehingga ada alih teknologi serta tenaga kerja lokal dalam kesepakatan tersebut. Ridwan pun menegaskan bahwa Indonesia tidak ingin menjadi pasar terus menerus.
“Kita ingin kerja sama ada empat koridor sampai disitu saja, nanti pelaku industri yang melakukannya. Kenapa kita membuat koridor selain untuk menarik investor kita ingin menyeimbangkan pembangunan di Indonesia,” papar Ridwan.
Empat koridor dalam kesepakatan tersebut, lanjut Ridwan, ialah koridor Sumatera Utara, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara dan Bali yang bertujuan untuk menciptakan kemerataan.
“Kemarin sudah ada tiga yang di sepakati untuk kawasan industri di Kalimantan Utara dan kawasan industri pariwisata di Sulawesi Utara dan pengembangan taman bunga di wilayah di kawasan pariwisata Danau Toba,” tandas Ridwan.
Laporan: Muhammad Lutfi