KedaiPena.com – Beredarnya laporan tentang tingkat IQ masyarakat Indonesia dibandingkan negara G20, dinyatakan merupakan hasil yang didapatkan karena pemerintah tak bisa mengelola persiapan kemampuan berpikir anak sejak dini.
Kemampuan berpikir merupakan suatu proses yang didapatkan jika persiapan dilakukan bukan hanya dari pendidikan dan bimbingan belaka tapi juga harus dipersiapkan dari sisi nutrisi dan ekosistem lingkungan saat anak itu bertumbuh.
Pengamat Pendidikan Vox Point Indonesia, Indra Charismiadji menyatakan sebelum menentukan langkah menuju Indonesia Emas, seharusnya pemerintah menetapkan titik awal dari rangkaian langkah tersebut.
“Faktanya, tingkat IQ Indonesia saat ini adalah yang terendah di Asia Tenggara, setara dengan Timor Leste. Ini kajian internasional,” kata Indra, Minggu (20/11/2022).
Ia juga menyampaikan bahwa rendahnya kemampuan berfikir tercermin dari hasil PISA Indonesia.
“Dari PISA dinyatakan bahwa kemampuan membaca anak Indonesia itu adalah functionally illiterate atau buta huruf secara fungsi. Artinya, anak Indonesia bisa membaca tapi tidak memahami apa yang dibaca itu,” ungkapnya.
Dan dinyatakan juga dalam kajian OIC tahun lalu, bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang tidak mampu membedakan mana fakta mana opini.
“Karena tidak mampu mencari referensi yang kuat. Dan ini berhubungan dengan tingkat IQ, dimana tidak memiliki kemampuan memahami maupun mengolah data yang mumpuni,” ungkapnya lagi.
Indra menyebutkan bahwa membentuk otak manusia itu, bukan hanya lewat pendidikan, tapi harus dimulai sejak pra-konsepsi.
“Jadi sebelum punya anak, harus dilihat kesehatan ayah dan ibunya, kesehatan janin selama dalam kandungan. Ini yang belum sampai. Apalagi penelitian terakhir, menunjukkan jika selama kehamilan, mayoritas ibu hamil Indonesia konsumsi terbesarnya adalah karbohidrat. Seharusnya kan protein,” katanya melanjutkan.
Ia menegaskan bahwa IQ menjadi bagian penting dalam mewujudkan SDM unggul Indonesia Emas.
“IQ itu kan kemampuan berfikir, sebuah potensi. Kalau potensi itu lemah, rendah, maka probability nya lebih kecil. Jadi kalau mau menciptakan SDM unggul, ya harus disiapkan dari awal. Bukan hanya pendidikannya saja. Tapi dari sebelum anak itu mulai ada di kandungan ibunya,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa