KedaiPena.Com – Keluarga dua korban mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari yang tewas saat mengikuti unjuk rasa di Gedung DPRD Sulawesi Tenggara September lalu, berharap agar pelaku pembunuh anaknya diusut dan diadili.
Ibu dari almarhum Muhammad Yusuf Qardhawi, Endang Yulida mengaku heran, hingga saat ini pelaku pembunuhnya anaknya belum juga diungkap.
“Saya hanya ingin meminta keadilan untuk anak saya. Mereka menghabisi nyawa anak saya dengan sadis. Saya tidak tahu benda apa yang menghancurkan kepala Yusuf,” kata Endang sambil menangis saat konferensi pers di gedung PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, ditulis, Rabu, (11/12/2019).
Endang berharap banyak agar peristiwa tersebut menemukan titik terang, sehingga pelaku yang menghabisi nyawa putranya saat aksi unjuk rasa segera mendapatkan hukuman setimpal.
“Saya berharap pelaku anak saya diungkap, anak saya korban kekerasan, dimana ada kekerasan pasti pelaku. kenapa sampai hari ini belum bisa diungkap,” heran Endang.
Sementara ayah dari almarhum Randi, La Sali, berharap aparat kepolisian tidak berhenti membongkar penembak anaknya. Tujuannya agar generasi muda, khususnya mahasiswa, tidak takut dalam memperjuangkan keadilan.
“Harapannya, (kasus Randi) tetap diperjuangkan agar generasi ke depan tidak takut memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Semoga pelaku penembak anak saya ini dipecat dan dihukum sesuai hukum yang berlaku,” kata La Sali.
Pengungkapan Tewasnya Dua Mahasiswa Dilakukan Tertutup
Ketua PP Muhammadiyah Bidang Hukum dan HAM, Busyro Muqoddas menilai bahwa proses pengungkapan peristiwa kematian dua mahasiswa Kendari atas nama Randy dan Yusuf Kardawi dilakukan secara tertutup dan tidak jujur.
Pasalnya, yang ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus itu, hanya satu orang yang terbukti melakukan penembakan terhadap Randy. Sementara kepolisian belum mengungkapkan pelaku penyebab kematian Yusuf Kardawi hingga saat ini.
“Dengan adanya penembakan yang berakibat matinya mahasiswa itu menunjukan negara, pihak kepolisian semakin sewenang-wenang dan proses tidak betul-betul menunjukan transparansi, kejujuran dan akuntabilitas,” kata Busyro di tempat yang sama.
Ia menuturkan, selama ini pihak kepolisian dalam melakukan investigasi kasus kematian dua mahasiswa itu tidak terbuka terhadap masyarakat. Selain tidak transparan dan tidak jujur, kata dia, sikap institusi kepolisian itu menunjukan arogansi negara terhadap rakyatnya.
“Sekaligus semakin menunjukan pelecehan terhadap demokrasi, bagian dari demokrasi adalah hak masyarakat sipil yang masyarakat sipil itu melakukan proses sosial kontrol, demokrasi tanpa sosial kontrol tidak mungkin,” ujarnya.
Ia mengatakan, dalam negara demokrasi memerlukaan keterbukaan dan kejujuran terutama keterbukaan pihak kepolisian dalam mengungkap kematian dua mahasiswa kendari tersebut.
“Kami tidak melihat Mabes Polri maupun Polda di sultra di Kendari melakukan proses proses ini. Sebagai unsur masyarakat sipil kami melihat ini negara dalam keadaan mencerminkan kondisi yang semakin tisak fear secara demokratis,” ujarnya.
Oleh karena itu, ia meminta kepada Presiden Joko Widodo agar meminta Kapolri untuk membuka proses hukum terkait kematian dua mahasiswa kendari itu.
“Proses penegakan hukum ini harus di buka secara terbuka kepada masyarakat, harus dimulai dari awal dengan melibatkan kontrol dari masyarakat sipil,” tandasnya.
Laporan: Muhammad Hafidh