KedaiPena.Com- Pengamat ekonomi Ferry Latuhihin menilai Indonesia akan kesulitan keluar dari middle income trap bila tak melakukan reformasi struktural secara total. Hal itu disampaikan Ferry menanggapi rilis dari Badan Pusat Statistik atau BPS yang menyebut jika kelas menengah RI terus mengalami penurunan.
“Dengan indeks Incremental Capital Output Ratio (ICOR) 6,8 kita memang susah keluar dari middle income trap. Malah bisa jatuh ke low income bila tidak dilakukan reformasi struktural secara total,” kata dia, Senin,(2/9/2024).
Ferry menilai, perlu adanya dobrakan dengan mengganti mesin pertumbuhan ekonomi RI ke depan. Salah satu yang bisa dioptimalkan, kata dia, adalah dengan Comparative Advantage dalam ekonomi global.
Baca Juga: AHY: Demokrat Siap Sinergi dengan Gerindra untuk Tingkatkan Kesejahteraan Rakyat
“Mesin itu adalah ekonomi hijau dengan karbon sebagai komoditasnya,” imbuh dia.
Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran ini melanjutkan pihaknya juga akan turut merancang dan menggagas Badan Pengelola Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Niaga Karbon atau BP3I-TNK.
Baca Juga: Indonesia-PNG Sepakati HLD-CM, Perkuat Kerjasama Bidang Strategis
Nantinya, lanjut dia, BP31-TNK akan bertugas menjadi regulator dan SPV sebagai operator untuk membangun proyek-proyek ekosistem yang melibatkan masyarakat luas.
“Memberikan pendapatan yang lebih tinggi dari gaji UMR kepada mereka. Dari mana uangnya? Dari carbon credit yang bisa kita jual kepada negara-negara maju,”tegas dia.
Ferry tak menampik, bahwa paradigma pembangunan harus dapat dirubah. Hal itu, kata dia, yang harus dikerjakan
Badan Pengelolaan dan Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Niaga Karbon atau BP3I-TNK.
Badan ini, tegas dia, akan merubah wajah ekonomi kita untuk tidak hanya bersaing dalam manufakturing dan pertanian.
“Yang bisa kita andalkan dengan kekayaan alam kita berupa hutan dan bio diversity adalah menjadi paru-paru dunia di tengah perubahan iklim yang makin ekstrem. Belum lagi kekayaan laut kita,” pungkas dia.
Laporan: Muhammad Hafid