SETELAH poros Cikeas memunculkan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI maka kemungkinan besar akan ada tiga pasang calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2017 mendatang.
Tiga pasang tersebut adalah Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidajat (Djarot), Anies Baswedan (Anies)-Sandiaga Uno (Sandi), dan Agus Harimurti Yudhoyono (Agus)-Sylviana Murni (Sylvi). Mencermati tiga pasang tersebut nampaknya penting untuk membacanya dari sisi kekuatan menonjol dari ketiga pasangan tersebut.
Secara sederhana dibawah ini adalah analisis peta kekuatan yang menonjol atau dominan dari ketiga pasang calon Gubernur DKI 2017.
Ahok-Djarot
Pasangan ini memiliki modal finansial yang cukup kuat karena Ahok cenderung dikenal sebagai gubernur yang cukup dekat dengan pengusaha atau pemilik modal yang kebetulan beretnis China (publik mengenalnya sebagai 9 naga atau 9 barongsai).
Selain itu pasangan ini memiliki modal mesin politik yang cukup besar denfan dukungan 4 partai dan relawannya. Fakta lainya dari pasangan ini juga terlihat pada modal dukungan media mainstream yang sering memberitakan sisi pisitif Ahok.
Pasangan Ahok-Djarot juga memiliki modal dukungan faksi militer  dan Kepolisian yang kuat baik yang sudah purnawirawan maupun yang masih aktif karena posisinya yang petahana. Kekuatan menonjol lainya dari pasangan ini adalah modal karakteristik oersonal yang nampak arogan yang dibalut ketegasan personal Ahok.
Anies-Sandi
Pasangan ini memiliki modal finansial yang juga cukup kuat untuk menandingi Ahok karena Sandi dikenal sebagai pebisnis sukses dan tangguh yang cenderung memiliki kolega bisnis dari Amerika Serikat (AS) dan pebisnis China maupun Eropa.
Modal mesin politik pasangan ini juga cukup kuat karena didukung oleh dua partai yang dikenal solid dan relawannya yang militan.
Pasangan ini juga memiliki modal dukungan dari faksi militer purnawirawan maupun aktif. Selain itu, pasangan ini memiliki modal karakteristik personal yang santun dan terdidik
Agus-Sylviana
Pasangan ini memiliki modal finansial yang juga cukup kuat yang cenderung dari Amerika Serikarat karena kemungkinanya dari jaringan SBY saat Pilpres 2004). Pasangam Agus-Sylviana juga  memiliki modal  mesin politik dengan dukungan  empat partai dan relawan.
Sisi lain kekuatan menonjol pasangan ini adalah modal budaya  yaitu Agus Yudhoyono yang keturunan Jawa dan Sylvia Murni yang keturunan Betawi. Modal budaya ini dipandang koalisi Cikeas penting karena  etnis di Jakarta mayoritas etnis Jawa.
Selain itu pasangan ini juga memiliki modal dukungan media, modal karakteristik personal militer cerdas, modal pesona subyektif, dan modal ‘darah biru’ anak mantan presiden.
Dengan membaca kekuatan yang menonjol tersebut maka Agus-Sylviana lebih banyak memiliki modal menonjol. Jika pilkada DKI tiga pasang calon  maka pilkada DKI kemungkinan akan terjadi dua putaran dan pada putaran kedua kontestasinya akan semakin ketat.
Penentu putaran kedua adalah sikap partai politik yang kalah pada putaran pertama. Sikap politik partai inilah yang cukup signifikan pada putaran kedua dengan tanpa mengenyampingkan bekerjanya mesin politik dan pesona kandidat.
Terlepas dari dinamika kontestasi tersebut, yang jauh lebih penting adalah rakyat Jakarta, apakah mereka akan menjadi perhatian utama gubernur terpilih? Atau pemilik modal yang menjadi perhatian? dan warga Jakarta kembali gigit jari?
Oleh Ubedilah Badrun, Pengamat Politik UNJ, Ketua Laboratorium Sosiologi UNJ‎
‎