KedaiPena.com – Ketua Umum Asosiasi Benih & Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa mengatakan, berdasarkan laporan petani yang tergabung dalam jaringan AB2TI, kekeringan melanda sawah-sawah di sejumlah lokasi di Jawa Timur, Jawa Tengah, juga Jawa Barat.
Misalnya, jaringan petani di Karawang yang melaporkan ada sekitar 157 hektare lahan sawah terdampak kekeringan. Hanya saja ia mengaku tak bisa memastikan berapa kontribusinya terhadap luasan sawah di Karawang.
“Barusan laporan ada temuan, sawah-sawah yang tadah hujan di Jabar, Jatim, dan Jateng mengalami kekeringan. Di Jatim misalnya kemungkinan akan mengalami penurunan produksi 10-30 persen. Jawa Barat hampir sama. Laporan dari Indramayu, Karawang, mengalami kekeringan,” kata Dwi Andreas pada awak media, Rabu (7/8/2024).
Ia juga menyatakan sungai-sungai pun mengalami kekeringan sehingga tak bisa dijadikan sumber pengairan.
“Yang non-tadah hujan tergantung ketersediaan air. Sungai-sungai sudah mulai mengering, petani mulai kesulitan memanfaatkan pengairan dari sungai. Di Jawa Tengah di Klaten itu tanaman padinya dibabat dijadikan pakan ternak,” ujarnya.
Dwi Andreas mengungkapkan, di waktu-waktu saat ini, fase tanaman padi memang beragam. Ada yang sudah beberapa minggu, ada yang sudah 1 bulan. Dan karena kekeringan, tanaman padi itu kemudian dibabat habis.
“Kalau perhitungan saya, sampai akhir tahun ini akan terjadi penurunan produksi 6-6,5 persen. Kalau 6 persen saja penurunan kira-kira setara 1,8 juta ton beras. Mungkin hampir 2 juta ton,” ujarnya lagi.
Terkait potensi La Nina akan melanda Indonesia di saat puncak musim kemarau, Dwi Andreas mengatakan, tidak akan berdampak bagi lahan-lahan sawah di Jawa. Padahal, La Nina kali ini diharapkan menjadikan musim kemarau tahun ini kemarau basah. Karena adanya peningkatan hujan efek La Nina.
“Nggak, nggak ada kemarau basah. Di Jawa nggak ada dampaknya La Nina. Mungkin dampaknya bisa di luar Jawa, di Sumatra dan Kalimantan,” tandasnya.
BMKG resmi menyatakan, fenomena El Nino sudah berakhir. Indeks ENSO disebut berada pada kondisi Netral. Selanjutnya, BMKG memperkirakan, kondisi/ fase Netral ENSO berpeluang menuju La Nina mulai periode Agustus 2024. Perkiraan ini diklaim sejalan dengan proyeksi beberapa pusat iklim dunia.
Artinya, El Nino yang melanda RI dan memicu kekeringan serta suhu panas ekstrem di musim kemarau tahun 2023 akan digantikan La Nina. Yang diprediksi bakal masuk RI ketika sebagian wilayah mengalami puncak musim kemarau tahun 2024.
Laporan: Ranny Supusepa