KedaiPena.Com – Maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia memang kerap bikin masalah. Kasus penyelundupan motor Harley Davidson dan sepeda Brompton bukan yang pertama.
Hasil laporan keuangan Garuda Indonesia untuk tahun buku 2018 juga bermasalah. Dalam laporan keuangan tersebut, Garuda Indonesia Group membukukan laba bersih sebesar USD809,85 ribu atau setara Rp11,33 miliar (asumsi kurs Rp14.000 per dolar AS). Angka ini melonjak tajam dibanding 2017 yang menderita rugi USD216,5 juta.
Namun laporan keuangan tersebut menimbulkan polemik, lantaran dua komisaris Garuda Indonesia yakni Chairal Tanjung dan Dony Oskaria (saat ini sudah tidak menjabat), menganggap laporan keuangan 2018 Garuda Indonesia tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Pasalnya, Garuda Indonesia memasukan keuntungan dari PT Mahata Aero Teknologi yang memiliki utang kepada maskapai berpelat merah tersebut. PT Mahata Aero Teknologi sendiri memiliki utang terkait pemasangan ‘wifi’ yang belum dibayarkan. Begawan ekonomi Rizal Ramli pun berang dengan hal tersebut.
“Saya sempat kaget Garuda umumkan keuntungan Rp11,3 miliar. Saya sempat ucapkan selamat, kaget juga Garuda bisa untung demikian besar. Namun kemudian saya diingatkan, bahwa ada rekayasa keuangan abal-abal. Yaitu keuntungan 10 tahun ke depan, dibukukan saat ini. Jadi seolah-olah untung,” tegas Rizal Ramli di Jakarta, Kamis (12/12/2019).
Hal ini, sambung Menko Ekuin era Presiden Abdurrahman Wahid ini, merupakan rekayasa keuangan yang benar-benar vulgar. Dilakukan hanya untuk menjilat bahwa Garuda untung.
“Mohon maaf itu adalah ilegal, kriminal. Karena Garuda adalah perusahaan ‘go public‘. Bayangkan kalau semua perusahaan ‘go public‘ kita memberikan informasi yang abal-abal ke investor,” lanjutnya.
Tapi yang kemudian aneh, dalam memaparkan hal ini, Rizal dibantah oleh para ahli yang dia sebut dengan istilah ‘kaleng-kaleng‘. Kata RR, sapaannya, ada ahli marketing yang menyamar jadi ahli akuntansi dan keuangan yang bilang kejanggalan laporan keuangan itu sebagai hal yang wajar, tidak bermasalah. Meski demikian, Rizal tak menyebut dengan jelas siapa ahli yang dimaksud.
“Saya sedih betul, bangsa ini banyak yang pintar dan hebat. Tapi keinginan mengabdi dengan cara menjilat itu luar biasa. Melupakan etika, logika dan profesionalisme,” lanjut eks Menko Maritim dan Sumber Daya ini.
Kalau tetap sesuai tiga hal itu, imbuh RR, bangsa kita bisa maju. Tapi banyak ahli yang ‘kaleng-kaleng‘ yang tidak peduli pada tiga hal itu.
“Kami juga saat itu menyarankan agar Direksi saat itu dipecat, tapi dilindungi oleh Menteri BUMN saat itu, Rini Suwandi. Dan dalam kaitan ini, saya salut dengan Menteri BUMN baru, Erik Thohir. Dia berani mengambil langkah tegas. Dia ‘sent a massages‘, ia ingin perubahan kinerja dan etika,” tandas Rizal.
Laporan: Muhammad Lutfi