KedaiPena.Com- Anggota Komisi VI DPR RI Lamhot Sinaga mengungkapkan, kebakaran yang terjadi di kilang minyak Pertamina bukan hanya terjadi kali ini saja. Menurutnya, sebelum kejadian di Balongan kebakaran juga pernah terjadi di Kilang Pertamina di Balikpapan, Dumai dan Cilacap.
Lamhot bahkan menilai, kejadian ini cenderung berulang dan Pertamina gagal mengantisipasi terhadap kondisi kilang-kilang yang sudah tua.
“Saya mengingatkan Pertamina agar jangan menganggap bahwa stok BBM aman dan tidak terdampak karena kebakaran kilang Balongan berarti permasalahan selesai,” tandas Politikus Golkar itu kepada wartawan, Rabu, (31/3/2021).
Padahal, kata Lamhot mengingatkan, justru masalahnya tidak hanya pada ketersediaan stok BBM semata.
“Terlalu menyederhanakan persoalan untuk perusahaan besar seperti Pertamina,” sindirnya.
Lamhot menilai, kejadian di Balongan menandakan bahwa Standar Operasional Procedure (SOP) yang diterapkan Pertamina diseluruh wilayah kerjanya bisa jadi kurang memadai.
“Kenapa kejadian ini berulang, berarti safety procedure di Pertamina sangat lemah, dan sangat memalukan untuk perusahaan milik negara. Jangan sampai muncul pemikiran kalau keamanan stok BBM kita sangat ringkih dan beresiko, karena setiap saat bisa terjadi kebakaran,” tandasnya.
Guna meminimalisir kejadian serupa terjadi lagi, Lamhot pun menyarankan beberapa hal.
“Untuk menghindari kejadian berulang, saya merekomendasikan agar Pertamina melakukan asesmen menyeluruh khususnya terhadap safety procedure di semua kilang dan depo Pertamina diseluruh Indonesia,” saran dia.
“Saya mendesak Pertamina melakukan pemeriksaan mulai dari pertimbangan keselamatan primer (Primary Safety Considerations), seperti desain tangki, perpipaan tahan api, perangkat pengukur level beserta alarm, perangkat pencegahan kebakaran dan lain-lain.”
Termasuk juga pertimbangan keselamatan level sekunder seperti pondasi tangki sesuai standar, deteksi kebocoran, deteksi uap dan gas, pengawasan CCTV dan seterusnya.
Serta pertimbangan keselamatan level tertier seperti area keselamatan yang menjamin tidak ada korban masyarakat sekitar, bahkan mempertimbangkan relokasi kepada masyarakat yang terdekat dengan kilang.
Selain itu, menurutnya, karena kilang Pertamina banyak yang sudah tua, seperti kilang Balongan yang beroperasi sejak 1994.
“Pertamina harus berani mengubah sistem manajemen pemeliharaan peralatan guna memastikan keandalannya dalam pengoperasian walau hal ini akan menggerus keuntungan Pertamina,” katanya.
Pertamina, saran dia, mesti melakukan pengujian peralatan secara berkala dan terpisah dari aktivitas operasional untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya kegagalan peralatan yang bisa memicu kebakaran.
‘Kalau memang benar kebakaran ini disebabkan petir, berarti ada peralatan anti petir yang tidak berfungsi normal, padahal teknologi anti petir di kilang ataupun di pabrik adalah sesuatu yang umum,” ujar dia.
Yang jelas, kata dia, pihaknya secepatnya akan segera memanggil Pertamina untuk meminta penjelasan secara utuh terkait insiden kebakaran yang terjadi di kilang minyak Balongan.
“Terhadap kejadian ini kami di Komisi VI DPR RI akan meminta penjelasan Pertamina mengenai penyebab dan dampak kebakaran kilang Balongan dan meminta penjelasan mengenai mitigasi dan manajemen perubahan terkait safety procedure perangkat keras, perangkat lunak, mode operasi dan kesiapan SDM Pertamina.
“Sekaligus meminta pertanggungjawaban Manajemen Pertamina terhadap banyak korban yang diakibatkan oleh kebakaran kilang tersebut, serta meminta jaminan Pertamina bahwa kejadian tersebut tidak akan terulang kembali di kemudian hari,” pungkasnya.
Laporan: Muhammad Hafidh