KedaiPena.Com – Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) melakukan lawatan ke Korea Selatan untuk melakukan pertemuan bilateral dengan dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in.
Di sela lawatannya ke negeri gingseng tersebut, Jokowi menyempatkan diri untuk mengunjungi Sungai Cheongyecheon di Kota Seoul.
Dalam lawatannya tersebut, Jokowi mengaku terkesima dengan kebersihannya. Jokowi pun berharap Sungai Ciliwung bisa sebersih itu suatu hari nanti.
“Ini sebuah sungai di kota yang bersih sekali, Sungai Cheongyechoen, sebuah inspirasi bagus. Kalau di Jakarta Ciliwung bisa jadi bersih seperti ini,” kata Jokowi dalam kunjungannya tersebut.
Ia mengatakan bahwa sungai Cheongyecheon tidak jauh berbeda dengan Sungai Ciliwung pada 2003. Namun, dalam waktu dua tahun tiga bulan, sungai tersebut disulap menjadi tempat wisata yang tidak pernah sepi dari pengunjung.
“Ini hanya 2,3 tahun, zaman Wali Kota Lee Myung-bak sungai bersih seperti ini, sehingga wali kotanya jadi presiden,” terang mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Jokowi menerangkan bahwa dengan panjang sungai yang membelah Ibu Kota Korea Selatan itu sekitar 8 kilometer dan 5,8 kilometernya sudah dalam kondisi bersih. Jokowi percaya bila ada keinginan, pasti akan ada jalan.
“Saya kira sebuah tontonan yang bisa menjadi tuntutan kita bisa mengerjakan menggarap sungai yang ada di Jakarta. Kalau kita mau bisa,” ujarnya.
Secercah Harapan Untuk Sungai Ciliwung
Komunitas Warga Peduli Lingkungan (WPL) Ciliwung menyambut baik harapan dan keinginan orang nomor satu di Indonesia terkait dengan sungai Ciliwung. Ketua WPL Ciliwung Solihin berharap agar permintaan Jokowi dapat direalisasikan.
Coin begitu ia disapa mengatakan dengan keseriusan perlu ditunjukkan oleh pemerintah. Hal tersebut agar sungai Ciliwung dapat benar-benar menjadi destinasi wisata di kota Jakarta.
“Karena dengan menjadikan Ciliwung sebagai destinasi wisata yang ada di Jakarta, maka Ciliwung akan memberikan dampak ekonomi secara langsung kepada masyarakat yang ada di bantaran sungai dan sekitarnya,” ujar Coin panggilan akrabnya saat berbincang dengan KedaiPena.Com, Rabu (12/9/2018).
Namun demikian, Coin menambahkan, bahwa untuk mewujudkan hal tersebut sebaiknya pemerintah dapat fokus membenahi permasalahan mendasar di Ciliwung seperti, sampah dan limbah industri.
Coin pun mengakui bahwa selama ini baik pemerintah pusat dan daerah belum serius untuk mewujudkan dan merealisasikan Ciliwung agar bersih dan dapat menjadi destinasi wisata.
Padahal, lanjut Coin, bila Ciliwung bersih dan dapat menjadi sebuah destinasi dengan otomatis masyarakat pun akan sadar untuk menjaga sungainya.
“Kita sebagai komunitas sering di undang di acara-acara seminar di gedung-gedung membahas mengenai Ciliwung. Tapi, Ciliwung sendiri tidak dapat apa-apa, cuma dijadikan obyek untuk bagi-bagi anggaran,” tuturnya.
“Lain hal kalau acara-acara yang mengangkat isu mengenai Ciliwung diadakan langsung di Ciliwung. Sedikit banyak Ciliwung masih dapat, walau hanya sekedar pelepasan ikan dan penanaman pohon di bantaran sungai. Kalau cuma seminar, makan, kasih amplop, pulang, Ciliwungnya dapat apa?,” tutup Coin.
Pembenahan Ciliwung Sesudah Citarum
Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Manusia (SDM), Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi (Iptek), dan Budaya Maritim Kemenko Maritim, Safri Burhanuddin yang juga mengurusi soal sungai di Indonesia angkat bicara terkait dengan permintaan Presiden Jokowi tersebut.
Menurutnya, jika mengacu pernyataan Menteri Koordinator Kemaritiman Republik Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan, pembenahan sungai Ciliwung akan dilakukan setelah sungai Citarum di Jawa Barat.
“Menko sudah sampaikan bahwa kita selesaikan dulu Citarum, dan kita mulai akhir tahun atau awal tahun depan untuk Ciliwung,” kata Safri saat dihubungi oleh KedaiPena.Com.
Safri begitu ia disapa melanjutkan bahwa keinginan untuk mewujudkan sungai Ciliwung bersih dan dapat menjadi destinasi wisata haruslah dibarengi oleh keinginan besar dan keterlibatan dari pimpinan daerah.
“Yang penting ada keinginan besar dari pimpinan daerah. Karena Keinginan harus diikuti dengan kesiapan budget di daerah. Best practises di Citarum bisa jadi model pelaksanaannya,” tutup Safri.
Laporan: Muhammad Hafidh