KedaiPena.Com – Pemilihan Presiden tinggal menghitung bulan. Bukannya, gagasan atau ide yang keluar dari kedua belah pihak pasangan calon, tapi malah hujatan dan saling serang dipertunjukan oleh kedua kubu tersebut.
Ketua Asosiasi Ilmuwan Praktisi Hukum Indonesia (Alpha), Azmi Syahputra menilai bahwa terjadinya hal tersebut lantaran masih adanya orang-orang di tim sukses pasangan calon saling menunjukan ego dan kehilangan urat malu.
Hal tersebut, lanjut Azmi, juga termasuk sifat lupa diri di kedua belah paslon sampai-sampai telah mengabaikan prinsip demokrasi dan kejujuran.
“Karenanya setiap orang khususnya lagi bagi tim sukses Pilpres 2019 agar lebih bijak dan cerdas membangun peradaban demokrasi Indonesia,” ujar Azmi kepada wartawan, Senin (14/1/2019).
Azmi menambahkan bahwa seharusnya kedua tim sukses mampu mengubah dan berusaha menyehatkan jiwa demokrasi Indonesia ini bukan malah mempertunjukan budaya mesin yang saling menyerang satu sama lain.
“Kita budaya manusia Indonesia yang dikenal ramah, gotong royong bertoleransi, menghargai hasil karya orang lain dan tahu berterima kasih,” imbuh Azmi.
Ia melanjutkan jika muatan kampanye saat ini lebih banyak berisi informasi saling ejek, saling serang dan fitnah, yang ada demokrasi makin porak poranda.
“Jadi teror atas nama demokrasi karena semakin terbuka perang udara melalui medsos, saling ejek dan fitnah,” kata Azmi lagi.
Dia melanjutkan bahwa masyarakat kini semakin cerdas melihat muatan kampanye begini jadi tontonan yang bosan dan melelahkan.
“Karena yang dibutuhkan oleh masyarakat formulasi kebaruan sekaligus solusi agar lebih sejahtera dan tujuan bangsa tercapai,” jelas Azmi.
Dengan demikian, Azmi menilai, bahwa seharusnya para tim sukses harus bisa saling lempar gagasan sebagai cendikia, politisi yang ilmuwan, memaparkan ide secara deduktif abstraksi logis.
“Jadi lebih fokus, tahu masalahnya dan solusinya ditemukan, sehingga pesta demokrasi lebih berkualitas,” tegas Azmi.
Azmi pun mengutip pernyataan dari Presiden pertama Republik Indonesia yakni Soekarno yang menyebut bahwa tidak ada kekuasaan yang abadi. Pasti ada batasnya termasuk kekuasaan Presiden sekalipun.
“Karena kekuasaan yang langgeng adalah kekuasaan yang berpihak pada rakyat dan di atas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa,” papar Azmi.
“Perlu diingat demokrasi tidak bisa berdiri sendiri, harus ada kesadaran dari setiap diri. Menahan diri, mengendalikan diri, memperhatikan nutrisi kampanye. Sebab yang saling serang, lempar fitnah berdampak hilanglah nilai-nilai demokrasi,” pungkas Azmi.
Laporan: Muhammad Hafidh