KedaiPena.Com – Zaid bin Tsabit an-Najjari al-Anshari atau yang kerap disapa dengan Tsabit merupakan salah satu dari sahabat Nabi Muhammad SAW yang setia mendampingi setiap perjalanan.
Selain setia mendampingi, Tsabit merupakan sahabat Nabi yang dikenal sangat dermawan dan dikenal bersifat mulai.
Hal tersebut dituliskan dan terungkap dalam Tafsir al Ma’tsur karangan Imam Jalaluddin.
Kedermawanan dan kemulian, Tsabit bahkan diterapkan ketika bulan Ramadan tiba. Seperti di waktu sebelum maghrib menjelang untuk berbuka puasa, Tsabit kedatangan tamu di rumahnya.
Tamu tersebut merupakan seorang musafir yang tak memiliki bekal sama sekali.
Seorang musafir yang bertamu ke rumah Tsabit tersebut tidak membawa sedikit pun bekal yang bisa dimakan untuk berbuka puasa. Saat itu Tsabit bingung. Pasalnya, ia ingat pesan-pesan Nabi tentang kesunahan memuliakan tamu.
Namun, ketika itu kondisi perekonomian Tsabit sedang tidak baik atau sulit. Ia hanya memiliki makanan yang terbatas untuk berbuka bersama keluarganya ketika itu.
Setelah Tsabit mempersilakan musafir tersebut untuk masuk ke rumahnya, lalu Tsabit menghampiri sang istri dan membisikan, “Apakah ada makanan untuk petang ini?”
Sang istri pun turut gundah. Ia pun menjawab, “Demi Allah, wahai suamiku. Tidak ada lagi makanan yang kusimpan, terkecuali sedikit.”
Setelah mendengar jawaban sang istri, seketika Tsabit terdiam sambil mencari cara untuk mengatasi hal itu. Akhirnya Tsabit menemukan siasat untuk mengatasi hal tersebut.
Siasat yang dilakukan oleh Tsabit yaitu menyuruh sang istri untuk mematikan lampu saat berbuka tiba.
Pada saat waktu maghrib tiba, sang tamu atau musafir yang datang ke rumahnya tadi dipersilakan oleh Tsabit untuk menyantap hidangan yang serba pas-pasan tersebut.
Namun, karena kondisi lampu yang dimatikan Tsabit dan istrinya cuma berkecap-kecap seolah-olah turut menyantap hidangan tersebut. Padahal ujung tangan keduanya sama sekali tak menyentuh hidangan.
Ketika keesokan harinya, sang tamu atau musafir tersebut pamit untuk melanjutkan perjalanannya.
Lalu Tsabit pun kembali menjalankan aktivitas rutinnya, seperti menghadiri majelis untuk mendapatkan berkah dan pencerahan dari Nabi.
Ketika Tsabit dan Nabi Muhammad berjumpa, tiba-tiba Nabi tersenyum dan bersabda:
“Wahai Tsabit, Allah SWT menghargai pelayananmu terhadap tamumu semalam.”
Mendengar jawaban Nabi, Tsabit tersentak yang diselimuti rasa bahagia, malu, sekaligus terharu bercampur di dadanya.
Tsabit an-Najjari al-Anshari sendiri adalah seorang penulis wahyu dan surat-surat Nabi. Tsabit Al Anshari juga merupakan keturunan Bani Khazraj yang mulai tinggal bersama Nabi Muhammad SAW ketika ia hijrah ke Madinah.
Ketika Zaid bin Tsabit an-Najjari al-Anshari berusia berusia 11 tahun, ia dikabarkan telah dapat menghafal 11 surah Alquran.
Bahkan ia turut serta dalam perperangan Khandaq dan peperangan-peperangan lainnya bersama Nabi Muhammad SAW.
Laporan: Muhammad Lutfi