Artikel ini ditulis oleh Faizal Assegaf, Kritikus Independen.
Lebih dari satu dekade lalu, saya aktif menulis di blog milik kompas. Tempat dimana para jurnalis & pemerhati publik berinteraksi. Sebagian dari mereka mungkin masih membenci saya. Maklum, banyak tulisan saya melabrak Presiden SBY hingga ratu utang Sri Mulyani.
Tak hanya itu, sorotan tajam saya yang agresif menghantam aneka topeng kebohongan bos besar Kompas Jacob Oetama dan menyentil pemodal brengsek TV One Abu Rizal Bakrie serta kawanan pembela oligarki.
Ihwal artikel-artikel saya dan berbagai interaksi yang memicu ribuan komentar tersebut, para ‘budak industri pers’ gusar. Muncul ratusan akun siluman, bersatu membully saya. Budak-budak itu menuding saya radikal & ekstrimis.
Dinamika pertentangan panas itu mengubah blog Kompasiana menjadi perang argumentasi yang mendidih. Terlebih pembelaan saya kepada Islam yang sering mereka tuding dengan fitnah-fitnah sangat keji. Salah satu sorotan adalah Sri Mulyani, yang saya sebut sebagai Penjahat Binaan Agen Asing, yang saat itu terlibat skandal Bank Century 6,7 triliun.
Entah apa yang ada di kepala para jurnalis & blogger yang begitu ngotot bahkan rela merobohkan akal sehatnya untuk membela Sri Mulyani. Dan celakanya, getol menyembur narasi bahwa Kemenkeu telah berubah menjadi kementerian yang jujur & amanah karena prestasi Sri Mulyani yang diklaim reformis. Padahal, begitu jelas akibat kebijakannya di ruang gelap, menyebabkan negara kehilangan 6,7 triliun.
Kini kejahatan muncul jauh lebih brutal. Mencuat serangkaian skandal besar aliran dana hantu 300 T dan praktek KKN ribuan pejabat Kemenkeu. Mega kejahatan tersebut membuktikan bahwa Sri Mulyani adalah penjahat. Sebab mana mungkin dia dipoles jujur oleh pers, faktanya Kemenkeu terbukti jadi sarang iblis?
Terbongkarnya rupa-macam kebusukan di Kemenkeu adalah gambaran ekosistem kebinatangan dalam bernegara. Tepatnya dalam pandangan keagamaan menegaskan jauh lebih hina dari binatang. Tumpukan kebobrokan di Kemenkeu sangat menyobek hati rakyat. Mulai dari syahwat utang luar negeri, copet-copet pajak hingga aneka praktek tuyul uang negara.
Semoga rakyat makin sadar dan bangkit melakukan perlawanan untuk selamatkan masa depan negeri ini dari para bandit berdasi. Jika tidak, kita akan terus dikendalikan oleh kawanan manusia berhati iblis dengan berbagai praktek kebinatangannya.
[***]