“Keberhasilan ini tidak terlepas dari upaya panjang menuju kedaulatan, kemandirian, ketahanan, dan keamanan pangan dari kinerja pemerintahan sebelumnya yang tidak terputus dilanjutkan oleh pemerintahan saat ini,” ujar Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Herman Khaeron, saat dihubungi di Jakarta, Rabu (5/7).
Kesuksesan itu, lanjut Herman, pun tak lepas dari kerja sama dari seluruh instansi terkait, baik di pemerintahan, DPR, pemerintah daerah (pemda), serta petani.
“Atas prestasi tersebut, (Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dan Kementan, red) pantas diberikan apresiasi,” ungkapnya.
Politisi Demokrat ini pun berharap, Menteri Amran dan segenap jajaran Kementan tidak berpuas diri dan terus meningkatkan kinerjanya kedepannya.
“Karena tantangan bidang pangan kedepan akan semakin berat,” kata Herman mengingatkan.
Pada kesempatan terpisah, Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Winarno Tohir, berpendapat capaian signifikan tersebut membuktikan perkembangan sektor pertanian di Indonesia selaras dengan program pemerintah.
Riset EIU itu pun menjadi ‘argumen’ tak terbantahkan untuk pihak-pihak yang selama ini mengkritisi kinerja pemerintah di sektor agraria dan pangan.
“Bagi yang masih meragukan sudah terjawab. Semuanya sudah sangat transparan sekali, bahwa Indonesia pertaniannya memang hebat,” tutup Winarno.
Berdasarkan hasil riset EIU dan Barilla Center for Food and Nutrition (BCFN) Foundation tentang Indeks Keberlanjutan Pangan (Food Sustainability Index/FSI), sektor pertanian Indonesia masuk 25 besar.
Indonesia pun menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara atau Asean yang sukses menembus 25 besar.
Penelitian menggunakan pertimbangan 2/3 penduduk dunia berada di 25 negara tersebut dan sudah mencakup 87 persen dari total PDB dunia.
Riset FSI sendiri disusun berdasarkan 58 indiaktor dan mencakup empat aspek. Yakni, secara keseluruhan (overall), pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture), kehilangan/susut pangan dan limbah (food loss and waste) serta aspek gizi (nutritional challenges).
Secara keseluruhan, Indonesia berada di peringkat 21 dengan skor 50,77 setelah Brasil serta berada di atas Uni Emirat Arab, Mesir, Arab Saudi, dan India.
Untuk sustainable agriculture, Indonesia bercokol di rangking 16 (53,87) setelah Argentina serta berada di atas Cina, Ethiopia, Amerika Serikat, Nigeria, Arab Saudi, Afrika Selatan, Mesir, Uni Emirat Arab, dan India.
Pada kategori ini, Indonesia mendapat skor tinggi pada ketersediaan sumber daya air yang melimpah, rendahnya dampak lingkungan sektor pertanian pada lahan, keanekaragaman hayati lingkungan, produktivitas lahan, serta mitigasi perubahan iklim.
Sementara itu, dari aspek food loss and waste, Indonesia bertengger di peringkat 24 (32,53) setelah Uni Emirat Arab dan berada di atas Arab Saudi. Indonesia termasuk dalam kategori sedang dalam upaya mengatasi masalah kehilangan makanan (food loss).
Selanjutnya aspek nutritional challeges, Indonesia masuk peringkat 18 (56,79) setelah Brasil serta berada di atas Turki, Rusia, Mesir, Meksiko, Afrika Selatan, Nigeria, dan India.
Pada kategori itu, Indonesia dipandang mampu mengatasi masalah defisiensi micronutrient, prevalensi kelebihan gizi, kurang gizi, kelebihan gula, serta mampu membeli makanan segar.