KedaiPena.Com – Sistem pendidikan dasar mahasiswa pencinta alam haruslah mengikuti kode etik dan memiliki standar oprasional prosedur yang baik dan benar. Sehingga tidak ada lagi pendidikan dasar yang akan menelan korban.
Demikian dikatakan oleh Ketua Pelaksana Geber Latihan Dasar Kok (Geladak) Kelompok Pencinta Alam (KPA) Arkadia UIN Jakarta, Muhammad Yunus.
Pendidikan dasar mahasiswa pecinta alam, tiba-tiba saja menjadi viral. Hal itu disebabkan karena tewasnya tiga mahasiswa UII (Universitas Islam Indonesia) dalam kegitan pendidikan dasar Mapala Unisi Yogyakarta, beberapa waktu lalu.
KPA Arkadia sendiri juga baru saja menyelesaikan kegiatan pendidikan dasar GELADAK 2016 pada tanggal 29 januari hingga 4 Februari 2017 di Gunung Salak Bogor.
“Sebelum melakukan pendidikan lapangan peserta (Geladak 2016) sudah dibekali dengan ilmu dasar yang sangat berguna ketika dalam melakukan kegiatan kepetualangan,” kata dia kepada KedaiPena.Com, Sabtu (11/2).
“Kita juga di setiap pendidikan panitia kita memberikan hak-hak peserta di dalam pendidikan,” lanjut dia.
Panitia pun, kata Gobet, sapaannya, juga rutin mengecek kesehatan peserta. Begitu pula saat peserta tidur, panitia selalu mengecek setiap 15 menit sekali ke kamar peserta.
“Hal itu dilakukan untuk menghindari peserta terserang hipotermia atau masalah-masalah lain yang memang rawan terjadi di kegiatan petualangan,” tutur Gobet.
Selain itu, lanjut Gobet, KPA Arkadia UIN juga menerapkan standar operasional prosedur yang ketat kepada setiap panitia Geladak. Hal itu dilakukan, guna mencegah tindakan kekerasan fisik yang dilakukan panitia kepada peserta.
“Kami dari dulu sudah memberlakukan peraturan ini, hukuman ada bagi peserta yang tidak mematuhi peraturan, hanya saja hukuman yang diberikan lebih bersifat membangun. Seperti, ‘push up’, ‘shit up’ atau berlari,” pungkas Gobet.
Laporan: Muhammad Ibnu Abbas