KedaiPena.Com – Dalam bursa calon gubernur provinsi DKI saat ini, dukungan Ahok paling kuat. Elektabilitas petahana gubernur DKI tersebut memang masih bertengger di puncak. Tetapi bukan berarti sudah bisa dipastikan Ahok pasti menang di pilkada 2017 mendatang.
Demikian disampaikan peneliti senior Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo kepada KedaiPena.Com, Jumat (1/4).
“Dinamika politik masih akan terus berkembang. Tergantung apakah dalam perkembangannya nanti situasinya menguntungkan atau justru sebaliknya akan merugikan Ahok,” tegas dia.
Dalam kurun waktu yang masih tersisa kurang lebih 10 bulan ini, tambah eks aktivis GMNI ini, masih memungkinkan terjadinya perubahan peta politik yang dapat mempengaruhi volatilitas atau naik turunnya dukungan terhadap para kandidat.
“Kalkulasi politik bukan seperti matematika, satu ditambah satu sama dengan dua. Pertarungan politik itu sangat dinamis. Bisa saja terjadi perubahan dukungan dalam waktu tertentu. Apalagi bila ada suatu kejadian atau peristiwa yang luar biasa (extraordinary) yang membuat citra kandidat buruk,” tembah dia.
Kejadian luar biasa itu bisa muncul kapan saja dan menimpa siapapun kandidatnya. Misalnya, jika ditemukan fakta adanya tindak pidana kriminal yang melibatkan seorang kandidat yang tengah bertarung dalam pilkada.
“Seperti tindak pidana korupsi yang massif, tindak pidana pelecehan seksual, program dan kebijakan kontroversial yang tidak disukai dan menuai protes dari sebagian besar masyarakat, pernyataan kontroversial yang menyinggung perasaan sebagian besar masyarakat, dan sebagainya,” imbuhnya.
Hal ini bisa membuat kepercayaan publik (pemilih) terhadap kandidat menurun jika kasus tersebut beredar luas di masyarakat dan publik meyakini kebenaran fakta tersebut.
Lalu mungkinkah kasus suap Podomoro ke DPRD DKI terkait reklamasi Teluk Jakarta bisa menggeser elektabilitas Ahok? Bukan apa-apa Ahok-lah yang mengeluarkan izin prinsip kepada PT Muara Wisesa Samudra (MWS), entitas Agung Podomoro Land (APL) yang menangani reklamasi Jakarta. Soal ini, Karyono tak mau berspekulasi. Jawabannya diplomatis, “Mari sama-sama tunggu jawabannya”.
(Prw)