KedaiPena.Com – Kasus sengketa lahan yang terjadi di Bojong Koneng, Sentul, Jawa Barat semakin menegaskan bahwa pembangunan properti tidak berpihak pada rakyat kecil.
“Pengusaha ini sangat serakah, seperti di Sentul, dia tidak mau bayar harga ganti rugi yang wajar. Dia mau ganti rugi,” kata begawan ekonom Rizal Ramli di Jakarta, ditulis Minggu (10/10/2021).
Kalau rakyat tidak mau serahkan tanah, maka pengembang properti, dalam hal ini Sentul City, kerahkan preman. Rakyat ditakut-takuti dengan preman impor.
“Ribuan tanah rakyat digantinya cuma Rp4.000 per meter persegi. Yang ada bangunannya di buldoser, ganti ruginya hanya Rp25.000 per meter. Duit segitu buat ngopi aja tidak bisa, rakyat jadi gembel,” lanjut Rizal.
“Harusnya, pengembang ganti rugi yang wajar, bahkan menguntungkan untuk rakyat. Taruh lah Rp500.000 per meter, rakyat pasti senang dia bisa beli tanah yang lebih luas di lokasi yang lebih jauh,” imbuh dia.
Di sisi lain, Sentul City masih bisa tetap untung karena kalau tanahnya sudah jadi. Sebab Sentul City masih bisa jual dengan harga Rp10-20 juta per meter.
“Tapi karena serakah, karena ada cara yang lebih gampang, sogok pejabat, bayar preman buat diadu sama rakyat miskin, inilah proses pemiskinan struktural yang kami dan Prodem lawan,” kecewa Rizal.
“Ini tidak benar, kita harus kembalikan prinsip pembangunan yang membuat rakyat makmur, lebih sejahtera. Bukan pembangunan yang bikin rakyat lebih miskin, itu prinsip yang sangat penting,” tandas dia.
Laporan: Muhammad Hafidh