KedaiPena.Com- Penanganan kasus yang menjerat eks Menteri Perdagangan Tom Lembong dengan Menteri Koordinator Perekonomian Kabinet Merah Putih Airlangga Hartarto menjadi sorotan. Cepatnya penanganan kasus Tom Lembong oleh Kejagung RI memunculkan anggapan tebang pilih hukum Jokowi dilanjutkan oleh Presiden RI periode 2024-2029 Prabowo Subianto.
Anggapan itu disampaikan pengamat yang juga sastrawan politik Ahmad Khozinudin terkait penetapan tersangka eks Menteri Perdagangan RI Tom Lembong dalam kasus dugaan korupsi impor gula. Khozinudin membandingkan penanganan kasus ekspor crude palm oil (CPO) yang melilit Airlangga Hartarto.
“Berbeda dengan Tom Lembong, Airlangga tidak diproses dalam kasus korupsi minyak goreng. Sama-sama korupsi di Kemendag, sama-sama ditangani Kejagung, bahkan kerugiannya lebih besar yaitu Rp 6,47 triliun, jauh lebih besar ketimbang korupsi gula mentah,” kata dia dalam keterangan tertulis, Kamis,(31/10/2024).
Khozinudin mengingatkan, kasus ekspor crude palm oil (CPO) berawal dari langkah pemerintah mewajibkan produsen minyak goreng agar menyetok pasar domestik 20 % dari total produksi CPO.
Saat itu, tegas dia, perusahaan berbondong-bondong eksport CPO tak menyisakan bagian untuk kebutuhan rakyat Indonesia.
“Dan itu, atas izin kemendag yang dikoordinatori oleh Menko Ekonomi Airlangga Hartarto,” jelas dia.
Meski demikian, Ia melanjutkan, kala itu Airlangga hanya dipanggil Kejagung, lalu setelah merapat ke Jokowi dengan memboyong Partai Golkar untuk mendukung Prabowo- Gibran di Pilpres 2024. Seketika kasus Airlangga menguap.
“Hukum era Jokowi tebang pilih, dan dijadikan alat politik. Sekarang, hal itu kembali terjadi di era Prabowo,” beber dia.
Ia lantas berandai-andai jika Tom Lembong merupakan bagian dari Koalisi Indonesia Maju atau KIM yang mendukung Prabowo-Gibran di Pilpres 2024. Ia yakin, kasus korupsi gula yang menjerat Tom Lembong tidak akan naik ke penyelidikan.
“Andai saja, Tom Lembong bagian dari KIM yang mendukung Prabowo, pasti kasusnya tidak akan naik. Airlangga yang kerugiannya Rp 6,4 triliun saja tidak dinaikan, apalagi cuma Rp 400 miliar. Semua, gara-gara Tom terlibat dalam Timnas Amin,” pungkas dia.
Laporan: Tim Kedai Pena