KedaiPena.com – Pengetahuan pengelolaan sampah diharapkan bisa diberikan sejak usia dini. Sehingga, bisa menumbuhkan kepedulian generasi muda pada sampah dan juga untuk menciptakan generasi yang mampu mengelola sampah secara mandiri.
Kepala Pusat Pengembangan Generasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan (PGLHK) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Luckmi Purwandari menyatakan setiap individu pasti menghasilkan sampah.
“Sampah itu bermacam jenisnya. Mulai dari kegiatan memasak, ada sisanya yang disebut sampah. Kegiatan mandi, ada sampahnya seperti sachet atau botol shampoo, bungkus sabun. Makan pun ada sampahnya. Bahkan kegiatan belajar pun ada sampahnya, seperti spidol. Olah karena itu, kita harus bersama-sama untuk peduli pada pengelolaan sampah,” kata Luckmi dalam acara Road to Sekolah HIjau Edisi SMP Negeri 29 Sesi Peduli Sampah di Jalan Bumi Jakarta, Selasa (15/10/2024).
Ia memaparkan pencemaran dari sampah dan limbah merupakan salah satu dari tiga masalah utama yang dihadapi oleh seluruh negara di dunia ini.
“Sampah yang ada di permukaan Bumi ini, semakin lama akan mencemari ekosistem yang ada, jika tidak dikelola dengan benar. Bahkan lebih buruknya, sampah-sampah yang berukuran kecil dan limbah ada yang masuk ke rantai makanan, yang berujung pada terkontaminasinya produk pangan manusia. Juga, pada kasus sampah yang sampai ke laut, kerap kali menyebabkan kematian pada biota laut,” ucapnya.
Oleh karena itu, Luckmi menegaskan pentingnya anak-anak mengenal pengelolaan sampah sejak dini. Sehingga akan bisa menjadi kebiasaan baik hingga anak-anak itu dewasa kelak.
Ia menyebutkan anak-anak harus diedukasi untuk melakukan pengelolaan sampah melalui 3R reduce-reuse-recycle.
“Untuk reduce, anak-anak bisa mulai mengurangi konsumsi plastik sekali pakai, dengan membawa tumbler sendiri dari rumah. Kalau makan, harus habis, sehingga tidak ada sisa yang akan menjadi sampah,” ucapnya.
Sementara untuk reuse, anak-anak bisa belajar memanfaatkan benda-benda yang sudah menjadi sampah untuk dijadikan barang lainnya yang memiliki nilai guna atau nilai estetik.
Langkah terakhir pengelolaan sampah, recycle, adalah pengelolaan sampah untuk dijadikan bahan yang dapat digunakan sebagai bahan baku produksi. Misalnya botol-botol plastik bekas diolah menjadi bijih plastik, yang nantinya akan digunakan untuk pembuatan botol plastik lagi.
Atau sampah bekas makan, bisa digunakan untuk peternakan magot, yang bisa dijadikan pakan burung. Bahkan untuk implementasi bank sampah, terbukti bisa meningkatkan perekonomian pelaku bank sampah.
“Coba kita hitung, jika disini ada 200 anak dan setiap anak menghasil 0,5 kilogram sampah seharinya, maka akan ada 100 kilogram sampah satu hari. Itu sampahnya kemana? bagaimana mengelolanya? untuk itu, kita perlu mengurangi dan membantu memilah sampah tersebut,” ucapnya lagi.
Dengan berkurangnya sampah dan penerapan pengelolaan sampah yang tepat, maka akan bisa mengurangi potensi perubahan iklim.
“Sehingga sampah yang ada tidak akan menimbulkan gas metana yang bisa meningkatkan panas Bumi. Jakarta panas kan sekarang? Itu kita coba hentikan. Dengan apa? Dengan melakukan pengelolaan sampah dan juga melakukan penanaman pohon di area sekolah,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa